Pages

Kamis, Maret 29, 2018

Karena Perbedaan Itu Adalah Keniscayaan Dalam Kehidupan


                 Saya bersama teman teman Grup WA Alumni SMA, meski sering berbeda pendapat tapi tetap bersahabat(dokpri)


                  Dahulu banget saat negeri ini sepi pemberitaan dari hal hal yang mengusik ketenangan, sesama manusia saling menghargai meski memang perbedaan adalah fitah dari hidupnya manusia di alam dunia ini, toleransi menjadi perekat dan manisnya hidup berdampingan meski berbeda budaya, suku dan juga agama. Indonesia yang serba besar dari jumlah penduduknya dan ragamnya adat istiadat tetap tenang dalam persatuan dan kesatuan.

Namun entah kenapa akhirnya pilihan kekerasn seakan menjadi sebuah penyelesaian, alih alih melaju dengan kedamaian namun tetapi ternyata itu tak bisa di pertahankan, kerusuhan antar suku, pertikaian antar golongan seakan menjadi sajian berita yang kita saksikan dalam beberapa tahun terakhir. Perbedaan semakin tajam dengan pilihan politik yang berbeda, mulai dari tingkat desa hingga level presiden, karena beda mengapa harus saling ngotot ngototan sih? Ada apa dengan semua ini?

Sebagai blogger yang pernah merasakan ketatnya perbedaan dalam pemilu tahun 2014 lalu, dan hingga saat kini pun masih terasa dan menjelang kembali tahun politik di 2019, semoga kita lebih dewasa meski pilihan memang berbeda. Ada beberapa tips yang ingin saya sampaikan agar toleransi tetap terjaga meski perbedaan dalam keseharian.

Yang pertama, tetaplah selalu menganggap teman yang berbeda pandangan dan pilihan adalah teman terbaik kita, bagaimana pun kita sering berinteraksi dengan mereka sebelum adanya pemilihan, ingat kebaikan kebaikan mereka yang tak berhubungan dengan pilihan kandidat kepala desa, kepala daerah ataupun presiden. Waktu kebersamaan yang panjang rasanya sayang harus terhenti dengan perbedaan pilihan. Mulailah dari diri kita untuk berdamai dengan orang yang berbeda pilihan.

Trik kedua ala saya adalah, senyumin aja dengan orang orang yang berbeda pandangan, pernah nih saya baca tentang pertemanan antara Ketua Umum Masyumi, Mohammad Natsir dengan  Ketua Central Commite Partai Komunis Indonesia, Dipo Nusantara(DN) Aidit, secara garis politik mereka bersebrangan namun ternyata di kala senggang, mereka teman ngopi di kantin gedung parlemen.

Menghadapi perbedaan, apalagi kita sih bukan siapa siapa, bukan orang partai, aktifis politik juga nggak, tapi sering kali malah nggak teguran jika berbeda pandangan. Sudah saatnya kita senyumin aja bila menemukan teman yang berbeda pandangan, kalau pun yang kita jagokan menang dalam pemilihan, hidup kita ya nggak berubah, tetap wara wiri aja di media sosial yang kita punya, hayo ngaku? Hehehe.


Tips yang ketiga adalah yakinlah perbedaan adalah warna di dunia, pelangi yang indah merupakan sekumpulan warna yang berbeda beda, jika pelangi cuma satu warna maka keindahan pelangi tidaklah mempesona, dari perbedaan mungkin akan di temukan titik titik persamaan sehingga tercipta harmoni. Tahu kan musik klasik? Musik apik karya Beethoven, Mozart atau Vivaldi akan terasa syahdu dengan iringan alat musik yang beragam, tak ada keseragaman dalam bunyi namun menghasilkan suara yang legend.

Begitu pula dengan perbedaan yang kita miliki tak semestinya membawa kehancuran dalam hubungan relasi antar sahabat, perbedaan itu untuk saling menguatkan. Memang sih untuk itu di perlukan kebesaran jiwa, belajar dari pertemanan yang di lakukan Natsir dan Aidit, di era milenial seperti saat ini kemungkinan itu bisa saja terjadi, yup itulah beberapa tips yang saya pilihkan untuk mentoleransi perbedaan yang ada di sekitar kita, salam damai agar Indonesia tercinta tak tercabik oleh perbedaan, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar