Kemarahan akan merugikan kita semua(poto di ambil dari tutorialaplikasi.com)
Di setiap
kehidupan memang selalu saja ada dua hal yang berbeda dan mungkin itu adalah
rahasia Illahi agar hidup ini sunatullahnya lebih dinamis, ada sisi yang
menyenangkan dan rasanya ingin di genggam selamnya, ataupun sisi nggak enak
yang ingin segera berakhir, ada suka ada pula benci. Tapi pilihan benci dan
suka biasanya karena sesuatu hal yang terjadi dan bisa saja rasa itu membekas
di dalam hati.
Setiap insan pernah mengalami perasaan benci namun “sialnya”
harus bertemu dengan orang tersebut, berinteraksi dan juga mau nggak mau
bertemu, yup tulisan ini adalah sebuah pengalaman pribadi penulis saat belajar
di salah satu tempat di kaki gunung Ciremai. Pernah merasakan nggak nyaman
berada di satu ruangan kelas dalam mata pelajaran tertentu, alih alih
konsentrasi malah jadi nggak fokus.
Mata pelajarannya sih nggak ada masalah, justru guru yang
mengampu itulah menjadikan saya benci mengikuti mata pelajarannya, tapi nggak
mungkin juga kan bolos terus saat beliau ini mengajar hehehe. Ternyata sejak dahulu
memang guru ini terkenal galak, bisa saja ia melontarkan pukulan terhadap murid
yang di anggap nakal, atau kurang merespon apa yang di ajarkan. Saat itu boro
boro berani melawan, posisi murid nggak mungkinlah melawan otoritas guru, dan
rata rata juga teman teman alumni pun bercerita betapa galaknya beliau. Dari
hukuman di pukul penggaris kayu hingga di jemur dalam terik matahari pun pernah
dilakukan, dan kebencian pun makin memuncak.
Kelas ibarat mimpi buruk saat beliau mengampu, namun
harus bisa pula berkonsentrasi agar meminimalkan kesalahan, tahu kan sekali
berbuat kesalahan maka hukumannya pun bisa di bayangkan. Ya sudahlah mencoba
menyerap apa yang di ajarkannya walau nggak maksimal, hari pun berlalu seiring
waktu berjalan. Meski nilai dari pelajaran tersebut memang jadi ala kadarnya,
sekedar bisa lulus sekolah, kalau tak ada teman teman se angkatan yang biasa
main bareng, becanda bareng, rasanya sekolah merupakan mimpi buruk di mata
pelajaran yang di ajarkan oleh si guru galak.
Melewati masa masa sulit adalah hal yang patut di
syukuri, saya pun lulus dari sekolah dengan guru yang menyeramkan. Orang yang
tidak saya sukai ketika belajar di sekolah telah memberi hikmah besar dalam kehidupan
saya, paling tidak kita harus melawan takut meski dalam posisi yang lemah.
Beruntung saya bisa melewati masa masa nggak ngenakin itu dan tak stress dan
menganggu mental dan kejiwaan. Karena di satu sekolah pun masih banyak guru
guru yang baik dan bisa mengapresiasi kemampuan murid tanpa harus jalan
kekerasan dalam mengajar. Mungkin bisa memaafkan, namun didikan keras menjurus
kasar telah menancapkan trauma yang tak pernah hilang. Tapi hidup terus
berlanjut, saya tuliskan pengalaman ini karena mungkin ada ibrah yang bisa kita
petik. Wahai para pengajar yang mempunyai otoritas di kelas, jangan jadikan
otoritas itu melukai siswa dengan bahasa kekerasan dan tindakan yang membekas
di memori muridnya.
Tegas memang perlu namun sesuai porsinya, namun di balik
semua itu, satu sekolahan dengan sejumlah murid, guru yang nyebelin sih
prosentasenya sedikit, yang baik mah masih banyak. Saatnya berdamai dengan guru
yang galak, karena sebenarnya saat bersekolah itu saat saat terindah. Bersyukur
saya telah melewati masa tersebut, alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar