Batu Sakti Merah Delima Punya Bapak

                                          Batu cincin yang sekarang sedang digandrungi(dok pribadi)

                                          'Batu mentah' menunggu proses penggosokan(dok pribadi)
     

Sekarang zamannya orang sedang seneng senengnya batu, mulai dari mall megah hingga pinggir jalan, semua rata rata pria suka batu, konon batu yang paling di cari adalah batu Bacan, dan harganya lumayan mahal, dan demam batu mungkin akan mengalami masa yang panjang mengingat membludaknya animo para pecinta batu batuan.

Namun entah mengapa saya tidak begitu tertarik dengan namanya batu cincin, mau akik, mau opal, mau bacan tetap tak tertarik, dulu sekali saat saya masih kecil, Bapak punya satu koleksi batu cincin yang beliau sukai, kemana pun Bapak pergi, maka si cincin itu akan dipakai, sebuah batu cincin merah dan bilang di teropong sepertinya di dalam ada ranting kecil, entah apa namanya.

Saat itu populer sebuah sandiwara radio namun memakai bahasa Sunda, nama acaranya yaitu Dongeng Enteng Pangbeubeurah Manah, yaitu yang berarti Cerita Ringan Untuk Penghibur Hati, setiap sore kami setia mendengarkan kisah kisah yang dibawakan secara ciamik oleh master dongeng bernama Mang Jaya, ceritanya beragam, ada cerita silat, komedi hingga roman percintaan, dan salah satu cerita silat yang saya ingat yaitu tentang cincin merah delima yang berwarna merah persis yang dipunyai Bapak.

Saat saya bertanya kepada Bapak, apakah cincin beliau bisa seperti di dongeng itu? Dengan jawaban pasti Bapak mengiyakan, namun tak sembarangan merah delima Bapak bisa digunakan, konon inilah 'kesaktian' cincin. Akhirnya saya pun melupakan keinginan untuk menyaksikan kehebatan cincin Bapak.

Pada satu ketika, Bapak dan Emak akan berkunjung ke rumah Kakek yang berada di Kota Kuningan, saat itu saya merajuk pengen ikut namun Bapak tak mengizinkan saya ikut, dan saya terus merajuk pengen ikut, namun Bapak tetap bersikeras untuk tak mengajak saya, namun sebagai gantinya saat pulang akan didemonstrasikan kehebatan cincin Bapak yang bisa membuat air menjadi memerah.

Singkat cerita saya setuju untuk tidak ikut asalkan Bapak nanti pas pulang bisa menunjukan keajaiban cincin merah delima kesayangannya. Berjam jam menunggu rasanya tak sabar, namun Bapak dan Emak lama sekali pulangnya, hingga hamor sore menunggu, saat Bapak pulang dengan suara motornya yang khas, saya langsung menghambur ke luar rumah dan menagih janji Bapak.

Bapak menyuruh saya mengambi segelas air, lalu dengan berkomat kamit Bapak pun menceburkan cincinnya ke dalam gelas dan meminta saya menunggu, menit demi menit berlalu namun air tak berubah menjadi memerah dan dengan penasaran saya pun bertanya.
                                         "Pak geuning caina masih keneh bodas, henteu beureum?"
Bapak hanya cengar cengir seolah menahan tawa, barulah saya mengerti bahwa saya dibobodo Bapak, di bobodo atawa di bohongin, ya elah Pak udah nunggu berjam jam cuma dibohongin doang, hahahahaha.

Mungkin maksudnya Bapak agar saya tidak ikut ke rumah Kakek, sejak itu saya ilfil dengan namanya batu batuan, kapok tentang cerita hebatnya cincin merah delima. Namun saat beberapa tahun kemudian cincin kesayangan Bapak hilang, saya bersorak senang, rasanya terbalas sudah saat dulu saya dibohongi, kali ini saya pun mentertawakan Bapak yang kehilangan cincin saktinya.(Kenangan tentang Bapak saya yang bernama Dadang Sudirman Almarhum, semoga diterima Iman Islamnya dan diampunkan segala dosa dosanya, Amiiin)