Borobudur aku datang(dokpri)
Ketidak berdayaan memupuk rasa penasaran yang begitu mendalam, terkenang
akan sebuah keinginan yang terpendam puluhan tahun silam, saat masih berstatus
siswa dengan seragam khas putih abu abu. Saat akhir tahun di SMA dan
merencanakan liburan idaman dan merayakan perpisahan monumental di sebuah candi
kebanggaan yang masuk dalam deretan tujuh keajaiban dunia, namun apa daya
ternyata impian itu luluh lantak. Orang tua menyerah dan berbisik dengan lirih
bahwa tidak bisa memenuhi keinginan penulis untuk ber pariwisata ke candi Borobudur.
Maka usai sudah mimpi untuk menjejakan kaki menuju ke
Borobudur, tetapi mimpi itu terus di pelihara bertahun tahun. Satu keinginan
yang pastinya satu yakni mengunjungi Borobudur dan menyaksikan langsung
keajaiban dunia berasal dari Indonesia. Akhirnya mimpi itu benar benar nyata,
bersama tetangga satu gang di perumahan, berempat merencanakan sebuah
perjalanan menuju Gunung Kidul namun nantinya mampir ke Borobudur, yes!
Seusai mengunjungi Gunung Kidul akhirnya mobil di arahkan
menuju Borobudur, hati berkecamuk dan impian itu jadi kenyataan, rasanya tak
sabar untuk bersegera ke sana, detik demi detik berjalan begitu lambat, penulis
meminta teman yang memegang kemudi untuk menancap gas, dan akhirnya candi megah
dan anggun itu terlihat jua, hati bersorak riang dan rasanya keajaiban datang
menghampiri.
Setelah mengenakan kain dengan gambar Borobudur, setiap
pengunjung di wajibkan membawa kain yang bergambar Borobudur saat memasuki
gerbang, hmmm akhirnya stupa stupa, relief relief, dan juga arca yang berada di
candi Borobudur benar benar tersentuh, magnet pariwisata yang menjadi ikon
Indonesia terengkuh jua. Bangunan dari kejayaan dinasti Syailendra sudah di
depan dan saatnya mengagumi pahatan klasik para arsitek zaman dahulu yang
begitu mempesona, beruntung provinsi Jawa Tengah memiliki sebuah tempat yang
begitu masyhur baik bagi pelancong domestik maupun manca negara. Keren banget
rasanya ber poto di sebuah candi yang megah.
Borobudur Itu
Tujuan Impian Pelajar, Berpromosi Ke Sekolah Kenapa Tidak
Mimpi berada di candi Borobudur pun terengkuh(dokpri)
Saat pulang dari Borobudur, penulis pun bercerita ke
tetangga sekitar ketika mengunjungi Borobudur, obrolan ringan ketika mendapat
giliran ronda. Uda Azis yang berasal dari Sumatera Barat terlihat masygul
kenapa ia tak di ajak saat ke Borobudur, padahal ia pun sebenarnya ingin sekali
ke sana, mimpi itu terpendam semenjak berada di bangku sekolah dan sampai saat
ini pun belum tercapai cita cita menuju Borobudur. Teman blogger berasal dari
Makasar yang membaca postingan penulis tentang Borobudur merasa sedih karena
mimpinya untuk menggapai Borobudur belum terwujud.
Penulis yang berasal dari daerah Jawa Barat, seumur umur
baru sekali mengunjungi Borobudur dan mimpi itu di mulai saat berada di bangku
sekolah, setiap liburan akhir tahun pelajaran, Candi Borobudur selalu menjadi
tempat yang paling banyak di inginkan siswa untuk menuju ke candi yang konon di
temukan oleh Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles medio 1811-1816.
Keistimewaan candi Borobudur di mata pelajar sebenarnya
bisa di optimalkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah
dengan terus mempromosikan Borobudur ke sekolah sekolah, pesona Borobudur akan
selalu menyulut rasa penasaran bagi para pelajar lintas wilayah, promo itu bisa
melalui media sosial yang kini menjadi trend setter di kalangan pelajar
generasi milenial yang sangat fasih memainkan gadget.
Borobudur di hari biasa bisa di kunjungi sekitar 3.000
hingga 4000 pengunjung, dan di hari Sabtu dan Minggu angka kunjungan melonjak
menjadi 20.000 hingga 30.000 pengunjung, dan bila libur sekolah tiba maka
jumlah wisatawan di pastikan akan membengkak dan sebagian besar adalah para
pelajar.
Hingga saat ini pun magnet Borobudur tetap memancarkan
pesona yang luar biasa, kunjungan pelajar merupakan salah satu aset penting
bagi pertumbuhan perekonomian kratif di seputaran Borobudur, merebut hati para
pelajar di seluruh nusantara adalah hal keniscayaan dan ini merupakan sebuah
tantangan dan juga peluang.
Meredam
Keagresifan Pedagang Di Seputaran Borobudur
Sebelum benar benar menjejakan langkah di candi Borobudur,
penulis menyempatkan juga mengunjungi candi fenomenal lainnya yakni Prambanan.
Ada perbedaan yang cukup terasa saat mengunjungi kedua candi ini, salah satu
pengamatan penulis yaitu para pedagang yang berada di Borobudur dan Prambanan,
saat berada di Prambanan relatif pedagang yang menjual berbagai souvenir masih
kalem menawarkan barang dagangan.
Namun ketika berada di Borobudur, pedagang terlihat lebih
agresif menawarkan barang dagangannya, karena penulis baru pertama kali ke
Borobudur mungkin cara ini yang di anggap paling efektif menjajakan dagangan
agar cepat laku. Saat inbox teman yang domisilinya berada di Magelang, penulis
bertanya masihkah pedagang di Borobudur agresif menawarkan barang dagangan?
Jawabannya adalah masih.
Rasanya gimana gitu di ikuti para pedagang, risih iya
seolah olah harus membeli barang dagangan, bila berkenan semestinya ada aturan
yang lebih ketat agar para pedagang di sekitaran Borobudur tidak seperti ‘menodong’
agar dagangannya di beli. Bila memang souvenirnya unik, keren dan tentunya
terjangkau nggak di paksa juga para pengunjung akan membeli dengan suka rela.
Teringat akan tulisan di sebuah blog yang menceritakan kenyamanan wisatawan
saat berkunjung ke Thailand.
Mungkin konsep berjualan yang di ceritakan tentang
pedagang di tempat wisata Thailand yang tidak mengasongkan dan menyodorkan
dagangan ke wisatawan patut di tiru, para pedagang di kawasan wisata Thailand
berteriak di tempat dagangan menawarkan barang dagangan, wisatawan pun tak
merasa terganggu, apa lagi mereka di bekali kemampuan untuk menawarkan dagangan
dengan bahasa Indonesia, Mandarin serta Inggris meski dengan kemampuan yang ala
kadarnya, konsep ini bisa di tiru agar wisatawan di Borobudur memiliki
kenyamanan saat berkunjung.
Petaka Geografis
Di Selembar Kaus
Ceu Ratna dan sekeluarga ber darma wisata ke Borobudur,
untuk ukuran tahun 80an saat penulis masih duduk di bangku SD, liburan Ceu
Ratna ke Borobudur dengan memboyong keluarga adalah sesuatu yang wah dan tentu
istimewa, sepulang dari Borobudur dengan oleh oleh yang di berikan sebuah kaus
istimewa, bergambar candi Borobudur dan tulisan Jogjakarta. Saat itu penulis
beranggapan bahwa Borobudur terletak di Jogjakarta, bertahun tahun meyakini
bahwa memang Borobudur berada di Jogjakarta karena pengaruh tulisan di selembar
kaus.
Namun seiring berjalannya waktu, ternyata apa yang di
tuliskan bahwa Borobudur itu Jogja di selembar kaus, salah saudara saudara.
Letak Borobudur 40 kilo meter di sebelah barat laut Jogjakarta, 86 kilo meter
di sebelah Barat Surakarta dan 100 kilo meter disebelah barat daya Semarang.
Terletak di Magelang yang secara administrasi masuk wilayah Jawa Tengah, namun
Borobudur masih di anggap sebagai wilayah Jogjakarta kalau mengacu dalam kaus
yang di perjual belikan.
Saat berada di Borobudur, iseng iseng penulis bertanya
kepada penjual kaus, mengapa sih harus di tulis Jogja ketimbang Jawa Tengah di
kaus yang di perjual belikan sekitaran candi Borobudur. Dengan enteng si
penjual kaus yang letaknya beberapa meter di gerbang keluar Borobudur
menyebutkan bahwa dari dahulu memang terkenalnya Borobudur itu identik dengan
Jogja.
Wow luar biasa, selembar kaus ternyata telah menjadi
sebuah petaka geografis yang sudah di maklumi, dan mungkin inilah istimewanya
Borobudur, ya sudahlah mungkin ‘kecelakaan’penyebutan Borobudur itu Jogja
merupakan karena kebiasaan, tapi alangkah eloknya para penggiat industri
kreatif yang memproduksi kaus lebih percaya diri menuliskan di kaus buatannya
bahwa Borobudur itu adalah Jawa Tengah, bisa khan?
Pesona Jawa
Tengah Dengan Mahkota Bernama Borobudur
Luas wilayah Jawa Tengah 32.548 kilo meter persegi atau
28,94% dari luas pulau Jawa. Memiliki sejumlah titik wisata yang layak di
kunjungi, mulai dari Brebes hingga Wonogiri, dari Cilacap sampai Rembang.
Apapun ada mulai wisata bahari, area pegunungan hingga menikmati kuliner khas
Jawa Tengah. Potensi wisata Jawa Tengah tampaknya terus menggeliat, tujuan
wisata baru pun semakin membuat wisatawan tertarik untuk mengunjungi Jawa
Tengah.
Viral viral melalui media sosial semakin membuat Jawa
Tengah moncer untuk di kunjungi, lihatlah viral di medsos saat beberapa netizen
memposting menyelam di Umbul Ponggok yang terletak di Klaten. Dengan gaya unik
nan kreatif maka terlihat menyelam seraya mengendarai sepeda atau motor, ini
merupakan cara baru menikmati wisata di era milenial, maka tak pelak lagi Umbul
Ponggok pun jadi ngehits sebagai tempat tujuan wisata yang memperkaya khazanah
wisata di jantungnya pulau Jawa.
Yang menyita perhatian para pelancong saat ke Jawa Tengah
adalah pesona indahnya Taman Nasional Karimunjawa, gugusan 22 kepulauan dan
terletak di laut Jawa akan menakjubkan siapa pun yang mengunjunginya, taman
nasional seluas 110.117,30 hektar memiliki pemandangan yang memukau dan
memanjakan pandangan mata. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
merupakan ruh dari keindahan Taman Nasional Karimunjawa, sepotong surga
Karimunjawa merupakan anugerah Tuhan yang tak terhingga.
Masih banyak lagi tempat tempat tujuan wisata Jawa
Tengah, selain tempat yang paling di buru dari pesona Jawa Tengah adalah
eksostisme rasa di lidah alias kuliner. Hampir semua wisatawan yang berkunjung
ke tempat wisata bakalan penasaran dengan kulinernya atau menu khas daerah yang
di kunjungi.
Enting enting salah satu kuliner terkenal Jawa Tengah(dokpri)
Kuliner Jawa Tengah itu seabrek abrek, bahkan invansi
nikmatnya kuliner Jawa Tengah mulai masuk ke Jakarta sebagai ibu kota negara,
lihat saja tempe mendoan yang terkenal di daerah Banyumas dan Purwokerto, di
pinggir jalan banyak sekali di jajakan tempe mendoan yang sekarang banyak di
gemari. Selain tempe mendoan, kuliner Jawa Tengah yang terkenal adalah Lumpia
Semarang, Tahu petis, Nasi Gandul, Sego Megono, Soto Kudus, Gethuk,Dawet Ireng.
Melimpahnya kuliner di Jawa tengah merupakan potensi yang akan memajukan wisata.
Jelajah Jawa Tengah tak akan pernah habis, dan mahkota
wisata yang paling terkenal adalah Borobudur, beruntung penulis pernah singgah
dan merasakan sensasi megahnya candi terbesar ini, semoga wisata di Jawa Tengah
terus berkembang dan memberikan manfaat bagi warga sekitar. Kekayaan budaya,
keragaman kuliner, keramahan penduduk adalah kunci wisata Jawa Tengah. Tak
pernah rugi menjelajahi inchi demi inchi wisata di Jawa Tengah dan temukan
jantung sebenarnya pulau Jawa di satu tempat bernama Jawa Tengah, yuk berwisata
ke sana!
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar