Halaman sekolah SMPN Mandirancan ketika penulis menyempatkan mampir(dokpri)
Guru bergender pria maupun
perempuan akan selalu memberikan kesan baik, namun ada satu dua guru saja yang
di anggap istimewa di mata anak didiknya, ratusan terima kasih selayaknya di
berikan kepada sang pendidik karena telah memberikan ilmu yang bermanfaat, ada
beberapa guru yang telah berpulang dan semoga apa yang di berikan semasa
hidupna menjadi ladang kebajikan.
Penulis akan menceritakan salah satu guru yang memberikan
kesan begitu dalam, beliau adalah Bu Nining yang mengampu pelajaran Bahasa
Indonesia, selain istimewa di mata saya, Bu Nining memiliki daya ingat yang
luar biasa, seluruh nama murid murid yang di ajar oleh beliau dapat di
hapalnya, banyak orang bilang bahwa pelajaran Bahasa Indonesia rada rada garing
dan membosankan, tapi ketika Bahasa Indonesia di ajarkan oleh Bu Nining, rasa
bosan itu menjadi sebuah antusias, entah bagi murid lainnya sih, tapi bagi
penulis, Bu Nining yang berkaca mata begitu luar biasa.
Cara mengajar Bu Nining dan cara beliau berada di depan
kelas dan menerangkan seluk beluk bahasa Indonesia memberi pengaruh kuat dalam
kehidupan pribadi penulis, sejujurnya sedari dulu memang puisi telah memikat
hati untuk di nikmati, atau pun merangkai kata kata menjadi jalinan cerita
telah membius perhatian, waktu senggang di sela istirahat, ruang perpustakaan
menjadi tempat yang nyaman untuk membaca. Di tambah bimbingan dari Bu Nining
membuat penulis merasa bersyukur pernah bersekolah dan di ajar dengan keluwesan
cara Bu Nining menerangkan kata dengan pilihan diksi yang benderang sehingga
indahnya Bahasa Indonesia sebagai pengantar literasi begitu memikat.
Beberapa tahun ke depan setelah lulus SMP dan tentu saja
tak ada lagi sosok Bu Nining dalam kehidupan penulis, namun spirit untuk
mengolah kata kata, menempatkan kalimat demi kalimat dan merangkainya hingga
dapat di mengerti oleh pembaca adalah karena jasa Bu Nining, semoga saat ini
guru idola itu di berkahi dengan kesehatan di usia sepuhnya. Saat ini ketika
sedang mengetikan tulisan ini, teringat akan kehangatan cara Bu Nining
mengajar. Dari beliau lah penulis merasa mendapat pondasi keilmuan untuk
menyelami bahtera kata kata dan cara indah untuk menghormati bahasa persatuan,
Bahasa Indonesia.
Meski sering juga mengalami kebuntuan saat sedang
menyelesaikan tulisan tulisan, atau juga ada rasa jenuh melanda dan ide ide pun
seakan mampet, di saat itu pula sesekali terlintas bayangan Bu Nining saat
mengajar di kelas, bertahun tahun menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, menuntun ratusan
murid untuk meneruskan tradisi literasi, lelah menulis sepertinya nggak ada apa
apanya dengan pengabdian beliau selama bertahun tahun yang. Kayaknya nggak
pantas banget deh kalau malas malasan berkarya, sedangkan Bu Nining telah
bertahun tahun mengajar dan terus mengajarkan kerennya Bahasa Indonesia.
Saat ini ketika beberapa kali memenangkan juara di blog
competition, ada satu guru yang selalu teringat, ya beliau adalah Bu Nining,
tanpa polesan dan juga pengajaran saat di SMP mungkin penulis tak akan pernah
bisa berada sebagai salah satu tangga juara lomba menulis misalnya. Terima
kasih saja rasanya tidak cukup untuk menggambarkan betapa Bu Nining telah
memberikan pengaruh yang begitu kuat sehinga saat ini pun penulis tetap mencintai
literasi, tetap ingin memuliakan Bahasa Indonesia yang telah mempersatukan
jutaan penduduk nusantara.
Di kelas ini lah saya pernah berada dengan seragam biru putih(dokpri)
Hatur nuhun pisan untuk Bu Nining, semoga apa yang di
ajarkannya dulu akan tetap berguna hingga kini dan juga di waktu yang akan
datang. Ingin rasanya sungkem dan bertemu dengan Bu Nining, semoga lain waktu
keinginan bertemu dengan Bu Nining bisa terwujud, lewat tulisan ini, rasa
terima kasih tertulis dengan kata kata tulus, sehat terus Bu Nining, jayalah
literasi Indonesia.
Asslkm, Mas Topik, kita sama-sama punya guru favorit lho, bedanya Mas Topik Guru Bahasa Indonesia, Bunda Guru Pelajaran Bahasa Inggris, hehe... Tapi sampe sekarang bahasa Inggrisnya gak bisa secanggih guru bunda itu. Tapi alhamdulillah bisa manfaat karena bunda senang banget berbagi. Ya, jayalah literasi Indonsia.
BalasHapusWaaah bener yaaak, sebagai penulis guru Bahasa Indonesialah yang paling berperan.
BalasHapus