Kawan kawan buruh saat diskusi tentang pergerakan buruh(dokpri)
Jalan
hidup sebagai pekerja atau juga orang kerap menyebutnya sebagai buruh ternyata
membawa saya untuk mengenal lebih jauh apa itu artinya berserikat, bergabung
dengan wadah Serikat Pekerja yang memperjuangkan hak hak buruh, lebih paham
bahwa berserikat itu adalah sebuah pilihan cerdas memahami Undang Undang
Ketenagakerjaan yang di akui di negara Indonesia.
Sambil bekerja selama 8 jam perhari, di waktu sela sela
tersebut, adalah hobi menulis yang akhirnya memberikan wawasan baru, teman baru
dan juga pengalaman baru, ngeblog menjadi sesuatu yang mengasyikan. Meski
sehari hari jadi buruh dengan beban pekerjaan rerata mengandalkan phisik, tapi
otak tetap di pakai untuk berpikir, menganalisa, amati dan tuangkan dalam
tulisan. Cukup seimbang lah bahwa otot dan otak sama sama bekerja hihi.
Mempunyai blog, akun instagram, ada juga facebook dan
twitter, semua media sosial sangat penting untuk menopang di dunia perbloggan.
Dan ternyata blog pun bisa di gunakan sebagai campaign posting dan tentu saja
ada keuntungan di sana yang bisa di ukur dengan sejumlah rupiah, tawaran bisa
kita terima atau pun kita tolak, tak semua campaign posting bisa kita iya in,
ada sisi idealis yang harus kita pertahankan meski resikonya pun yakni tak bisa
meraih nominal meski sebenarnya di saat yang sama kita membutuhkan uang.
Buruh dalam aksi damai menuntut hak yang dihilangkan(dokpri)
Saya akan menolak campaign posting yang tak sesuai dengan
isue pergerakan buruh, meski dari sisi nominal menggiurkan, pernah saat dalam
Pilkada Kabupaten Bekasi, beberapa teman ketika bertemu muka, mengajak ikut
ngebuzzer salah satu kandidat yang akan bertarung dalam pilkada, nominal yang
di sebutkan teman, lumayanlah buat biaya hidup seminggu di daerah Bekasi. Tapi
dengan cara halus saya menolak untuk ikut ngebantu performance si kandidat di
media sosial.
Nggak etis lah secara terang terangan melakukan
keberpihakan melalui media sosial yang kita punya, sedangkan di sisi lain,
meski nggak mendapat apa apa, nggak ada duitnya, secara sukarela, kawan aktifis
buruh yang nyalon dari jalur independen pun bertarung di pilkada yang sama.
Ndilalahnya kita pun memilih menjadi tim relawan independen tanpa bayaran
sepeser pun , tanpa iming iming materi. Mungkin inilah di sebut sebuah sikap
idealis. Dan semua orang pasti memiliki sisi idealisnya masing masing.
Ada satu ketika memang uang bukan satu satu nya hal yang
harus kita dapatkan meski kesempatan itu ada, tetapi meski begitu bila
penolakan terjadi di upayakan dengan cara cara lebih elegant agar tidak terjadi
kesalah pahaman. Bagaimana pun kita tetap harus merawat hubungan baik karena
mungkin di satu hari nanti pun bisa jadi akan ada sebuah kerja sama.
Yup setuju, menulis hal-hal yang mengarah ke pemikiran dan pendapat tertentu, apalagi menggiring opini bagi sebagian orang, rasanya engak etis ya. Saya juga kalau diminta seperti itu, rasanya bakal menolak langsung.
BalasHapusBunda sangat sependapat dengan Topik Irawan tentang yang satu ini: tidaak memaksakan diri menerima campaign posting yang sebenarnya tidak berkenan dengan idealisme kita, hehe...sebagian kalimatnya Bunda comot, gakpapa, ya? Lha wong untuk melengkapi komentar Bunda. Salut, bisa berbagi dengan adil antara kerja fisik dan kerja otak, hehehehe...
BalasHapus