Inilah saya dengan apa adanya(dokpri)
Tentang penuturan kepribadian dari sisi maskulinitas dan juga sisi feminin
dari kehidupan kita, mana ya terlihat maskulin dengan kegagahan yang
menyertainya atau si feminin dengan balutan kelembutan yang ada dalam kehidupan
kita. Mungkin harus jujur bahwa di sisi feminin saya adalah bawaan lahir, ini
mungkin lho ya hehehe, sifat cengeng yang ada dan nggak bisa di hilangkan.
Saya mah orangnya cepat mengeluarkan air mata, kata
peribahasa Sunda mah di sebut deet cimata, atau orang yang gampang mengeluarkan
air mata. Padahal sih pengen tegar ataupun tak ingin meneteskan air mata tapi
sering kali air mata jatuh tanpa di minta, sering merasa tersentuh dengan hal
hal yang nggak di duga. Saat membaca novel Dilan karya Pidi Baiq, tetiba air
mata berlinang dan teringat akan serunya masa masa SMA dan setiap hari ketmu
dengan teman teman terbaik dengan seragam putih abu abu.
Mungkin di antara tiga orang saudara, saya lah yang
paling cengeng hehehe, bahkan ketika Bapak wafat beberapa tahun lalu, saat
dalam perjalanan pulang seusai ada berita Bapak meninggal dunia, di dalam bis
saya berpikir, di kampung kemungkinan besar akan meraung raung di depan jenazah
Bapak. Tapi untunglah meski air mata menetes tanda kesedihan, tapi aksi meraung
raung dalam tangisan nggak terjadi.
Perlu menenangkan diri ketika watak keras kepala mendadak datang(dokpri)
Air mata sering di identikan dengan rasa feminin, dan itu
seakan menjadi trade mark. Semasa kecil seorang pria di doktrin untuk tidak
cengeng, apa pun yang terjadi jangan sampai air mata jatuh, meski sakit yang
mendera, meski sedih yang melanda, rasanya pantang saja lelaki mengeluarkan air
mata, betul kan?
Nah udah tahu kan sisi feminin yang di miliki saya.
Saatnya membongkar sisi maskulinitas yang di miliki nih. Jujur saya mah
orangnya nggak mudah menyerah, bahkan mungkin cenderung agak agak keras kepala.
Bila mempunyai keinginan maka saya harus melakukan agar keinginan tersebut
dapat di wujudkan, meski ber resiko meski mungkin ada hal yang nyerempet
nyrempet bahaya.
Dalam hal ini saya mengakui, keras kepala adalah bagian
sisi maskulinitas, nggak gampang menyerah dan siap berargumen dengan siapa pun
jika memang itu perlu di lakukan, yup sisi keras kepala ini juga malah membuat
saudara saudara tahu, bila saya menginginkan satu keinginan namun di halang
halangi maka siap siap saja akan ada debat yang sepertinya tak berujung pangkal
hahaha, sepertinya egois banget ya? Memang!
Namun apapun sisi kehidupan kita baik itu feminin ataupun
maskulin semestinya bisa di kelola dengan cara cara bijak dan lebih elegant.
Ada sisi positif dan negatif . Mungkin kita mempunyai alter ego dalam diri
kita. Sebisa mungkin sih jangan sampai sisi feminin dan maskulin kita berada
pada level negatif dan malah merugikan diri sendiri, mengelola secara cerdas
masing masing sisi mungkin akan menjadi bijak.
Nah kalau kalian, sisi feminin apa dalam diri ini? Atau
sisi maskulin apa yang ada di jiwa ini? Jawabannya tentu akan berbeda beda,
namun yakinlah bahwa apa yang telah di berikan Sang Maha Kuasa merupakan
anugerah terindah dalam kehidupan, sebisa mungkin kita pun mengelola itu dengan
segala kebajikannya, yuk teropong sisi demi sisi yang kita miliki. Salam super
untuk kalian semua, ini ceritaku tentang maskulin dan feminin.
semua orang berarti punya sisi maskulin dan feminin ya
BalasHapussaya jarang menangis, dan "keras " atau cenderung malah kasar
Memang gak lengkap kali ya, kalo sisi feminin gak dibarengin dengan sisi maskulin. Bayangin kalau orang sabar lagi antri baik-baik trus kakinya keinjek, ya, pasti sewotlah, hehe... tapi kan bukan berarti maskulin lho, kecuali kalo dia langsung balik nginjek dan bahkan nendang tu orang, baru deh keluar tuh sisi maskulinnya.
BalasHapus