Kejadian bencana sepanjang tahun 2019 di Indonesia(dok:Kompas.com)
Semoga saja ini bukan sebuah kutukan jika teradi bencana di negeri ini, selain memang tanah di
Indonesia yang subur tetapi di bbalik semua itu tersimpan potensi terjadinya
bencana, maklumlah wilayah Nusantara berada empat lempeng yang terkait dengan Indonesia yakni
Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, Lempeng Filipina dan Lempeng Indo-Australia.
Bahwa tanah yang kita pijak ini bukanlah diam statis namun didalam perut bumi
ada pergerakan yang sewaktu waktu berpotensi menjadi bencana alam, entah itu
gunung meletus, gempa bumi, tsunami yang,seolah
susul menyusul dan apesnya terkadang serentak di seluruh negeri ini.Tak ada
daerah yang benar benar aman dari serbuan bencana,mungkin jika gempa bumi
dan gunung meletus adalah kehendakNYA,namun untuk banjir sepertinya kita patut
merenungkan juga,sedikit banyaknya itu adalah andil kita sebagai manusia yang
menempati.
Dalam sejarah kebencanaan di tanah air, ada sa
peristiwa yang membuat seorang kepala negara memutuskan berada di tempat
bencana, Susilo Bambang Yudhoyono pernah memutuskan menginap di Posko Penanganan
Erupsi Gunung Sinabung, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara,
saat itu SBY yang merupakan presiden keenam Republik Indonesia malah
membatalkan kunjungan ke Davos Filipina dalam acara World Economy Forum.
Langkah serupa juga dilakukan oleh Presiden Jokowi yang menginap di kantor
Bupati Ogan Komering Ilir saat terjadinya dampak kabut asap di Pulau Sumatera.
Banjir yang menyapa hampir setiap pekan seperti yang kita rasakan bukan melulu karena peristiwa alam yang terjadi, gubernur demi gubernur di Jakarta ataupun di wilayah lainnya di Indonesia, banjir seakan menjadi paket langganan, tanpa disadari bahwa serapan air makin menciut karena banyak alih fungsi tanah, Jakarta menjadi rimba beton, air pun tak terserap ke tanah maka siapa pun yang menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta maka bersiap pula untuk dicibir atau dihujat, apapun program yang dijalankan untuk menanggulangi banjir.
Meski kerap disapa bencana namun warga +62 terkenal akan kesantuyannya menyikapi bencana yang terjadi, teringat saat Kepala Pusat Data dan Humas Nadan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho(alm) yang sempat menyatakan alat deteksi tsunami yang banyak hilang di curi, belum lagi tidak pedulinya kita dengan keadaan pasca bencana, seperti membangun kembali pemukiman yang seharusnya tidak dilakukan karena berpotensi untuk kembali tertimpa bencana di waktu yang akan datang.
Banjir yang menyapa hampir setiap pekan seperti yang kita rasakan bukan melulu karena peristiwa alam yang terjadi, gubernur demi gubernur di Jakarta ataupun di wilayah lainnya di Indonesia, banjir seakan menjadi paket langganan, tanpa disadari bahwa serapan air makin menciut karena banyak alih fungsi tanah, Jakarta menjadi rimba beton, air pun tak terserap ke tanah maka siapa pun yang menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta maka bersiap pula untuk dicibir atau dihujat, apapun program yang dijalankan untuk menanggulangi banjir.
Meski kerap disapa bencana namun warga +62 terkenal akan kesantuyannya menyikapi bencana yang terjadi, teringat saat Kepala Pusat Data dan Humas Nadan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho(alm) yang sempat menyatakan alat deteksi tsunami yang banyak hilang di curi, belum lagi tidak pedulinya kita dengan keadaan pasca bencana, seperti membangun kembali pemukiman yang seharusnya tidak dilakukan karena berpotensi untuk kembali tertimpa bencana di waktu yang akan datang.
Silih berganti bencana, kesedihan melanda dan setelah
waktu berlalu maka hilang pula ingatan tersebut, tak ada lagi memori betapa
dahsyatnya bencana yang terjadi, mungkin takdir ingatan kita tentang bencana
terlalu pendek sehingga saat berlalunya waktu maka usai sudah memori betapa
pedihnya saat bencana menyapa, belum lagi jika memang benar benar terjadi bencana,
adanya tumpang tindih instruksi yang makin molornya birokrasi, padahal korban
memerlukan tindakan cepat untuk evakuasi dan juga bantuan lainnya. Ya perlu
kita akui untuk urusan tanggap bencana, negara kita yang tercinta ini perlu
belajar kepada Jepang yang terlihat sigap menghadapi bencana, Jepang adalah
contoh baik sebuah negara yang tanggap darurat bencana, saatnya negera
Indonesia pun meniru cara Jepang saat terjadinya bencana.
Semoga bencana demi bencana tak menghadang
lagi,paling tidak untuk banjir marilah berbenah diri untuk tidak membuang
sampah sembarangan,mengekploitasi hutan secara berlebihan,cukup sudah bencana
ini marilah kita saling menguatkan agar kita yang mendiami tanah nusantara ini
hidup berdamai dengan bencana,salam pagi dan cuaca sedikit cerah dan masih bisa
untuk jemur pakaian yang kemarin marin masih basah.
Blackjack - Casino Games - JTM Hub
BalasHapusExperience 의정부 출장샵 Blackjack in Casino on the JTM Network. Discover 김제 출장샵 over 1200 강원도 출장샵 slots, 경상북도 출장마사지 table games, live dealers, video poker, roulette, 김제 출장안마 and keno.