Komunitas CISC menari dengan penuh kegembiraan(dokpri)
Kalau kau pernah takut mati
Sama….
Kalau kau pernah patah hati
Aku juga iya
Dan sering kali
Sial dating dan pergi
Tanpa permisi
Sebuah lirik yang menggelitik pendengaran dari tembang grup band asal Jogja, Letto dan lagu ini berjudul Sampai Nanti, Sampai Mati. Bila mencerna lebih dalam lagu ini ada sebuah semangat dan juga meneguhkan hati bahwa jika ingin berhenti tapi ingat untuk memulai lagi. Penggambaran yang pas jika merujuk ke teman teman dari Cancer Information & Support Center atau CISC, bila merujuk akan cerianya para survivor kanker ini menghadapi cobaan yakni menderita kanker, mungkin kita tak bisa menerka bahwa mereka sedang mengidap penyakit kanker yang menurut beberapa literature kesehatan merupakan salah satu penyakit yang mematikan.
Namun ternyata senyuman tetap mengembang, mereka masih menikmati kehidupan dengan kegembiraan, sesuatu yang patut diapresiasi memang, dari mereka kita banyak belajar tentang berartinya sebuah kehidupan walau mereka menderita penyakit kanker, ada joke joke lucu yang dilontarkan oleh para survivor ini, satu hal yang seru saat salah satu dari mereka bercerita tentang “kenekatannya” mengikuti audisi untuk menjadi penari saat event Asian Games di tahun 2018 lalu, hebatnya lagi beliau ini lolos lho dan menjadi salah satu penari tertua yang mengikuti helatan akbar olah raga terbesar di Asia ini.
Peserta seminar pun diajak menari dengan gaya energik(dokpri)
Bagaimana dan sikap mereka menghadapi penyakit kanker adalah hal seru yang patut kita intip, semangat mereka untuk bisa menikmati hidup adalah sesuatu yang menjadi pelajaran bagi kita semua, senyum mereka mengembang, tawa mereka begitu luar biasa dan tarian mereka dengan membangkitkan semangat, bahwa hidup memang perlu kita nikmati, kegembiraan bukan monopoli orang orang yang sehat. Salah satu anggota CSIC yang bernama Ibu Santi mengatakan bahwa di CSIC itu berkumpulnya para relawan yang mengupayakan untuk sadar akan penyakit kanker, agar masyarakat awam mengetahui lebih dini tentang penyakit kanker karena deteksi awal akan lebih memudahkan pengobatan, jika pun terkena kanker, rekan rekan CSIC memberi semangat bagi para penderitanya.
Komunitas CSIC ini jago jago menari lho, saat usai seminar tentang kanker paru yang diadakan oleh salah satu rumah sakit ternama di daerah Bekasi Timur, mereka dengan luwes memperagakan tarian kontemporer, dan mengajak peserta seminar menari. Alhasil para peserta seminar yang di dominasi oleh para ibu ibu ini pun dengan riang gembira, seperti pengalaman Ibu Tuti yang menderita kanker payudara, sebelah payudaranya diangkat dan tetap saja Ibu Tuti masih bisa berseloroh bahwa dirinya termasuk “WTS” yakni Wanita Tetek Satu yang disambut ger geran oleh para peserta seminar.
Ibu Tuti menyarankan jika ada saudara, teman ataupun kerabat yang menderita kanker, alangkah baiknya untuk bergabung dengan komunitas CSIC, saat ini di beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, Manado, Batam, Jogja serta Bengkulu, komunitas CSIC hadir. Kanker memang penyakit yang mematikan namun bukan berarti akhir dari segala galanya, ada harapan di setiap kehidupan. Terima kasih untuk emak emak yang berada di komunitas CSIC yang telah berbagi pengalaman untuk melawan kanker.
Bahwa saling menguatkan adalah hal yang perlu bagi para penderita kanker, komunitas CSIC memberikan pelajaran berharga tentang berbagi, rasa kemanusiaan yang lintas agama, para survivor tangguh memberi kita semua pengalaman yang bernas bahwa memang umur telah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta, namun mengupayakan kegembiraan hidup meski terjangkit penyakit kanker adalah pilihan bagi kita semua, keren banget nih CSIC, dua jempol untuk para penyintas kanker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar