Telepon umum dengan cerita yang bikin ketawa(dokpri)
Di
era 80 hingga 90,sebelum datangnya teknologi handphone yang sekarang menjadi
benda biasa,telepon umum adalah alat komunikasi komunikasi andalan,bahkan
penggambaran telpon umum banyak muncul di film film nasional,yang masih saya
ingat adalah dalam salah satu film warkop DKI,adalah saat mas Indro terkunci di
box telepon berkaca dan tak bisa keluar,hingga akhirnya dengan terpaksa
memecahkan kaca hingga akhirnya ia di tangkap oleh polisi.Begitu juga dalam
buku legendaris remaja,Lupus yang kerap menelepon pacarnya yang bernama
Popy,dan telepon umum adalah tempat favorit Lupus.
Namun seiring dengan kemajuan zaman,fungsi
telepon umum kini mulai tergeser,di jalanan memang masih ada telpon umum namun
sering kali telepon tersebut tidak bisa digunakan,pernah saya melihat box
telepon yang terbuat dari kaca dibiarkan merana diantara tumbuhan dan rumput
liar,miris rasanya melihat keadaan seperti,belum lagi nasib telepon umum yang
di rusak,bisa saja gagang telepon tak ada,coretan di tubuh telepon,tempelan
stiker caleg yang sering juga berada di telepon umum. Adakah kita yang
sebenarnya bersalah?tak merawat fasilitas umum ini,entah kenapa ya kok setiap
ada fasilitas umum rata rata tak bertahan lama,kita sering menemukan telepon
yang rusak,pot yang jungkir balik,atau taman yang sering di coret coret,kenapa
dari kita yang mau peduli merawatnya,padahal jika fasilitas umum di jaga
sangatlah bermanfaat bagi yang memang benar benar membutuhkan.
Telepon umum itu hanya onggokan belaka,atau
mungkin pihak telkom sudah bosan dengan keadaan di lapangan bahwa telepon
telepon yang di pasang sering dijahili,dan pada akhirnya membiarkan begitu
saja,ayo bung kita bangkitkan kesadaran untuk memiliki fasilitas umum
itu,alangkah senangnya jika kita melihat telepon umun berfungsi dengan baik,box
telepon yang bersih dari coret coretan dan sumpah serapah,dan telepon umum
bebas dari nafsu para caleg yang meminta untuk dicoblos di pemilu nanti. Yo
kita mulai belajar dewasa untuk tidak melakukan vandalisme,tunjukan bahwa
manusia Indonesia itu adalah manusia beradab,dan tak iseng merusak fasilitas
publik,semoga mimpi ini bisa terwujud.dan nasib telepon umum menjadi lebih
manusiawi,dapat dipergunakan,dan tentunya kita kita juga bukan yang akan
nikmati hal ini?
Namun yang pasti kenangan akan telepon umum koin yang
pernah dirasakan oleh generasi tahun 90an adalah sekelumit kisah tentang
komunikasi yang tersambung melalui recehan. Zaman memang telah banyak berubah
dan nasib telepon umum di kota kota di Indonesia tampaknya mengalami nasib yang
sama, bertumbangan, gugur dan merana, mungkin ada sisa sisa di tepian jalan dan
itu pun nasibnya juga tidak menentu. Teknologi memang kerap seperti itu, ada
yang baru dan yang lama pun tergantikan, begitu pula dengan telepon umum yang
pernah mengalami kejayaan, menumpuk koin demi berbicara panjang lebar dengan
sang kekasih namun malah digedor oleh antrian dari belakang, ternyata meski
menjadi benda yang mungkin tidak ketahui oleh anak milenial namun kenangan
tentang telepon koin tak akan pernah pupus, tanya deh kepada generasi old,
gimana sih rasanya menggunakan telepon umum alias telepon koin? Pastinya
berjuta rasa sih karena memori itu tidak bisa dihilangkan dengan segera.
Pokoknya mah telepon
umum merupakan alat yang sakti untuk mengungkapkan perasaan, ada debar
yang tak biasa jika menelepon seseorang dan berbicara dengan si dia, terima
kasih untuk telepon umum yang telah memberikan suasana hati riang gembira, sedu
sedan dan juga mungkin patah hati dan mengenang telepon umum di era digital
memberikan romansa yang luar biasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar