Pages

Sabtu, September 21, 2019

Abah&Ambu Kian Menua

                  Gambar ilustrasi(pixabay)


Suasana kantor di kawasan Sudirman itu menjadi riuh, pengunduran diri Yunus menjadi buah bibir, tak disangka pria ramah itu melepaskan jabatan dan kedudukan yang menjadi impian pekerja. Gaji tinggi dan jabatan prestisius di lepas begitu saja, padahal untuk mencapai ke jenjang tersebut bukanlah hal yang gampang dan tak semua orang bisa mencapainya.
Yunus merapikan barang pribadinya, ia menurunkan poto di dinding, sebuah poto hitam putih bergambar dua insan yang paling di cintainya, Abah dan Ambu. Karena mereka pula yang membuat Yunus memutuskan untuk resign dari pekerjaannya.
Perlahan Yunus menuju ruang meeting room dimana ia telah di tunggu para kolega sekantornya, saatnya waktu berpisah dengan rekan kerjanya yang selama ini bersamanya.
“Untuk semua teman teman tercinta, terima kasih untuk kebersamaan indah di perusahaan tercinta ini, namun hari ini kita akan berpisah, mohon maaf atas segala khilaf selama ini.” Ujar Yunus dengan suara tercekat.
“Meski tak bersama lagi, kita tetap bersaudara, mohon maaf jika saya pamit, ujar Yunus mencoba menahan rasa sendunya.
Suasana ruangan menghening, bagi koleganya sosok Yunus adalah pekerja yang hebat tapi hangat dan bersahabat, meski mempunyai jabatan tinggi namun Yunus tetap membumi dan hangat bila berinteraksi dengan karyawan lain.
Saling berjabat tangan dan inilah moment terakhir bagi Yunus di kantor yang ia geluti selama 15 tahun, saatnya ia pergi dan hari ini adalah waktu yang tepat untuk memulai hidup baru.
                 ************

Malam yang menggelisahkan bagi Yunus, keputusan pindah dari kota Bekasi ke daerah tempat asalnya di kabupaten Kuningan di tentang habis habisan oleh sang Isteri tercintanya, pilihan berat tersaji di hadapan Yunus, memihak orang tua yang ia cintai atau tetap bersama istri.
Dua pilihan yang sama sama berat,Anengsih ngotot tak mau ikut Yunus ke Kuningan, ia tak ingin kehilangan karir pribadinya, di lain pihak Yunus bersikeras untuk pulang kampung dan merawat kedua orang tuanya Abah dan Ambu.
    “Tak sudi aku Mas harus mengorbankan karir yang aku rintis hanya untuk pulang kampung dan merawat orang tuamu,” ungkap Anengsih tegas dengan intonasi suara jelas.
“Aku ingin menjadi artis terkenal dan sebentar lagi dalam genggaman,”lanjut Anengsih sambil menatap tajam Yunus.
“Tapi Mah, tak tega rasanya aku membiarkan begitu kedua orang tuaku yang sudah sepuh tanpa ada yang mendampinginya.
“Itu bukan urusanku!”
Ruang tengah mendadak senyap, ini adalah pertengkaran yang kesekian bagi Yunus dan Anengsih, tak ada kata sepakat dan rumah tangga pun terasa hambar karena perbedaan prinsip yang terus berlarut.
Yunus menghela nafas panjang, ada sesak di dada, bayang bayang perpisahan seakan mendekat bagi dirinya, dan inilah yang paling ia takutkan mungkinkah terjadi....bercerai!

Terdengar langkah kaki menjauh dan suara deruman mobil mulai terdengar dan kemudian suara menghilang. Yunus merasa separuh jiwanya menghilang, Anengsih yang dahulu penurut dan istri yang menyayangi keluarga, kini telah menjelma menjadi perempuan keras hati yang mencoba peruntungan di dunia entertaiment, menjadi artis terkenal.
Hari hari menjelang kepindahan menjadi hari terberat bagi Yunus, isterinya menggugat cerai, ternyata biduk rumah tangganya harus karam juga,ingin sebenarnya Yunus mempertahankan rumah tangganya, yang paling berat adalah karena ada buah hati tercinta yang kini beranjak dewasa.

Akhirnya setelah beberapa kali mengikuti persidangan, putusan final pun di ketok, ia dan Anengsih resmi bercerai dan masalah harta gono gini pun telah dibicarakan, beruntung buah hatinya memutuskan mengikuti Yunus menuju kampung halaman.
                       ********
Babak baru bagi Yunus bersama Abah dan Ambu, kini ia pulang dan mengabdi untuk mengurus keduanya, Abah dan Ambu memasuki usia delapan puluhan tahun, usia yang senja, saatnya Yunus merawat kedua orang tuanya sebagai balasan jasa dahulu Abah dan Ambu saat ia masih kecil.

Hari hari di kampung halaman bagi Yunus adalah totalitas merawat Abah dan Ambu, beruntung ia dibantu oleh teman masa kecilnya yakni Yuningsih yang telaten merawat Abah dan Ambu. Keseharian Yunus di kampung ia mulai menggeluti bisnis bersama teman SMA nya, berada di dekat Ambu dan Abah membuat perasaan Yunus menjadi tenang.

Di lain pihak, Anengsih kini mulai menapaki karier keartisannya, dan membintangi film film nasional, acara acara di infotainment malah memberitakan kedekatannya dengan salah seorang produser ternama.

Yunus merasa menjadi manusia baru saat  memutuskan pulang kampung dan merawat Abah dan Ambu, inilah pengabdian yang ia persembahkan sebelum waktu menjemput kedua orang tua tercinta, dipertaruhkan jabatan tinggi, harus pula mengalami perceraian, ah dunia memang penuh drama dan alur yang ia tak mengerti dan ia telah menjalaninya.
                   **********
Senang rasanya bisa merawat Abah dan Ambu, berkumpul bersama mereka membuat Yunus merasa terberkahi, meski tak bergelimangan harta seperti dahulu, namun Yunus bahagia menjalani hidupnya, buah hatinya di sekolahkan di sebuah pesantren di daerah Jalaksana.

Abah dan Ambu telah menua, saatnya untuk bisa mendampingi beliau, saatnya berbakti untuk kehidupan mereka. Terdengar sayup sayup bocah bocah mengaji di masjid Nurul Huda, saat ini Yunus berada di kampung dan telah melewati Ramadhan di penghujung waktu, sebentar lagi Lebaran tiba.

Terlihat Abah dan Ambu menikmati senja di sebuah saung yang didepannya ada kolam ikan dan pemandangan langsung ke arah gunung Ciremai. Wajah keriput Abah dan Ambu memang terlihat jelas namun pancaran kebahagiaan mereka membuat Yunus ikut bahagia.

Keputusannya untuk pulang ternyata berbuah manis, meski biduk rumah tangganya karam tapi ada kebahagiaan lain yang ia rasakan, asal Abah dan Ambu bahagia biarkanlah itu terjadi.
Inilah senja terindah yang dirasakan Yunus, melihat Abah dan Ambu menua dan ia mendampinginya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar