Pages

Selasa, Januari 06, 2015

Ngurup=Borondong Atau Arumanis

                                          Arumanis dalam paket yang lebih modern(dok pribadi)



Saat menuju Bekasi dari arah puncak seusai Rakernas Aspek Indonesia, kami memutuskan untuk melewati Cianjur lalu Jonggol, bukan berarti nyari si Wakwaw ya hehe,namun mengantisipasi kemacetan Puncak yang gila gilaan di akhir pekan, aliran mobil mengular ke arah Jakarta, sehingga jalur Cianjur pun digunakan, saat menuju Cianjur kami berhenti di toko oleh oleh, akhirnya saya pun mencari oleh oleh untuk keponakan, tertumbuk pada sebuah paket arumanis, ya kemasannya sudah lumayan bagus dan harganya pun terjangkau.

Ingatan saya terlempar ke masa silam saat dulu masih SD, penganan khas berbentuk seperti rambut dan berrasa manis ini mengingatkan tentang istilah NGURUP, yaitu menukarkan panci bekas, tali sendal jepit, aneka benda logam yang nantinya bisa di tukar dengan makanan kecil seperti borondong atau arumanis.

Ya ngurup adalah sensasi masa kecil, kami berlomba lomba mencari bahan bahan yang bisa di urup, bisa berupa karton bekas,barang yang terbuat dari almunium, potongan besi dan sebagainya, si mamang tukang urup dengan topi lebarnya menanti di pinggir jalan, ada dua pikulan yang ia bawa, yaitu satu kaleng, kami menyebutnya blek yang berisi arumanis dan ditempat lainnya ada borondong dan hasil urupan yang kami cari, besar tidaknya arumanis tergantung jenis potongan besi atau logam lainnya yang kami dapatkan.

Biasanya arumanis dikait dengan garpu yang uung tengahnya sudah dipatahkan, lalu si mamang menyendokan arumanis ke potongan kertas koran segi empat, maka kami pun menerima'upah' ngurup ya arumanis itu, dan menikmatinya dengan senang hati, arumanis yang manis manis sedap memang terasa lezat di lidah anak kampung seperti kami.
Kalau borondong, setelah di kota di sebutnya popcorn, adalah jagung yang digoreng dan mengembang sebagaimana mestinya ya seperti popcorn gitu deh, baju atau kaos biasanya sebagai tempat borondong,istilah Sunda nya di gembol, kami memakan borondong yang ditadahin kaos atau baju, ehmm rasanya gimana gitu.

Terkadang dalam ngurup dibutuhkan keberanian dasn kenekatan, apa pasal? Terkadang panci panci bekas di pakai untuk tempat pakan ternak semacam bebek atau ayam, jika yang punya panci bekas, meleng dikit maka tanpa ampun si panci kita embat untuk ngurup, hehe maafin saya ya bu, namanya juga anak anak.

Sekarang tradisi ngurup di tempat saya tinggal sepertinya sudah memudar, anak anak kecil zaman sekarang kayaknya ogah buat nyari barang barang yang di urup, sekarang mereka sudah asyik dengan ponsel masing masing, zaman sudah berubah memang, namun kenangan tentang URUP akan menjadi memori yang tak akan pernah lekang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar