Masih terbayang kerasnya sebuah pertarungan
untuk memperebutkan sebuah kursi
Dari tingkat
tertinggi hingga sebuah daerah bernama Desa dengan jabatan kades
Beda pilihan
yang tak berujung pangkal yang menyebabkan retaknya jalinan
Ya pilihan beda namun
membuat banyak luka di sana sini
Zaman internet
dengan kemudahan akses seakan menjadi bumbu penyedap
Untuk saling
menyindir hingga memaki dengan seramai mungkin
Maka lihatlah
sekarang setelah ragam pemilihan terselenggara
Kedamaian seakan
menjauh dari bumi pertiwi dan entah kemana
Menguap dan
seakan terbakar dengan api kebencian dengan sulutan yang membara
Kemana damai
nusantara? Kemana rasa saling menyayangi itu?
Musnakah damai
di negeri ini, adakah jalan agar damai bisa kembali
Namun nyatanya
pemilihan itu datang menyapa lagi
Membaca ke arah
masa lalu yang beda pilihan namun sisakan pertentangan
Akankah anak
bangsa bersiap dalam palagan yang membuyarkan rasa damai
Dan kini pun
makin terasa perbedaan yang tak bisa kau tutupi
Saling ejek, saling lempar meme hingga brutalisme dalam
kata kata
Entah semua itu
akankah ada tepi untuk sekedar interopeksi
Berlalu dalam
hari hari yang seakan tak pernah habis
Menanti damai
negeri ini agar kesejukan bisa kita sapa kembali
Biarkan saja bahwa perbedaan itu keniscayaan dan mewarnai
kehidupan kita
Namun jangan sampai semuanya itu membakar damai negeri
ini wahai kawan
Kita bisa bergandengan tangan agar negeri ini bisa
berdiri ajeg sebagai negeri
Tak usah pula saling sikut antara anak negeri sendiri
Siapa pun pemerintahannya, siapa pun rezimnya itu tak
seharusnya
Memecah persatuan yang kita jaga semenjak negeri ini
terlepas dari cengkraman penjajah
Damai Indonesia bukanlah fatamorgana, tapi bisa kita
upayakan bersama
Sebijak kata yang tertutur sehingga tak ada yang terluka
Pilihan memang berbeda dan damai pun akan terhampar di
negeri ini kawanku
Bergandeng tangan adalah realita yang bisa kita lakukan
bersama
Dekapan hangat sehangat mentari pagi yang menghantarkan
nada nada kehidupan
Wahai sang pemimpin, bimbinglah kami para jelata ini
Beri contoh kedamaian yang bisa membuat kami tersenyum
bersama
Jangan beraikan pula dengan tingkah polahmu yang membuat
semuanya saling seteru
Jadilah pemimpin bijak meski kau di kritik di sana sini
Ukurlah kearifan berpikir untuk memimpin negeri ini
secara kaffah
Ya Kaffah untuk keseluruhan anak negeri
Bukan membela segolongan kaum pendukungmu sahaja
Rawatlah perbedaan menjadi kuncup kuncup yang nantinya
berkembang indah
Kami rindu negeri ini damai dalam kehidupan nyata
Bukan basa basi politik dalam janji janji kampanye yang
entah teralisasi atau tidak
Wahai semuanya marilah kita terus bermuhasabah agar
negeri ini terus memompakan
Semangat perdamaian yang menyemai di antara lubuk hati
semua anak bangsa
Jangan ada lagi pertengkaran sana sini dalam letupan
emosi
Jangan pula kau di adu domba kesana kemari sehingga lelah
mendera
Bangun kembali bangsa ini dengan keyakinan bahwa kita
bisa berdamai
Meski beda pilihan meski beda gaya kepemimpinan
Taburkan asa bahwa Indonesia itu bisa
Merekatkan kemabli keping keping kedamaian dari Sabang
Hingga Merauke
Darai Talaud hingga ke Miangas semua di pupuri damai yang
menyejukan
Bukankah damai lebih membahagiakan bagi semua
Dibanding percekcokan yang tak pernah usai
Ayo rawat kedamaian nusantara dengan tangan kita sendiri
Karena yang akan menikmatinya pun kita kita jua
Waah, keren dan menyentuh. Bunda suka syair ini. Awal yang bagus, atau memang Topi Irawan penyuka syair?
BalasHapussaya suka berpuisi bunda Yati
BalasHapus