Anak yang sehat, setiap saat bisa bermain dan berkreasi dengan bebas(dokpri)
Bulan
Juli akan menjadi bulan yang istimewa bagi anak anak di Indonesia karena di
bulan inilah di peringati sebagai Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal
23, kemeriahan hari anak anak semakin gegap gempita ketika presiden atau
petinggi negeri ini turut hadir dan
berbaur dengan anak anak untuk merayakannya. Dunia anak anak adalah dunia
kegembiraan, namun di balik gembiranya anak terdapat sisi kelam yang
menghantuinya, persoalan tersebut bernama gizi buruk. Meski dalam beberapa
tahun terakhir ada trend penurunan angka gizi buruk.
Di tahun 2013 proporsi status gizi sangat pendek berada
di angka 37,2 % dan pada tahun 2018 angka tersebut menjadi 30,8 %, sedangkan
proporsi gizi kurang pada tahun 2018 berada di angka 17,7% dan di tahun 2013
lalu angkanya berada di 19,6% menurut data Riset Kesehatan Dasar. Menurut badan
kesehatan dunia(WHO) batas angka orevelensi untuk gizi buruk berada di angka
20%.
Tabel proporsi gizi sangat pendek dan pendek pada balita(sumber dokumen Riskesdas 2018)
Dengan segala kekayaan alamnya dan juga keragaman hayati
yang di miliki Indonesia, seharusnya masalah gizi buruk bagi anak anak
Indonesia bukanlah masalah serius, namun pada kenyataannya gizi buruk pada
balita terus menghantui. Sebelas tahun lagi bangsa Indonesia dan juga bangsa
bangsa di dunia yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa Bangsa di tahun 2030
mengakhiri masalah malnutrisi. Masih ada waktu untuk memerdekaan anak anak
Indonesia dari belitan gizi buruk, bukan tugas pemerintah semata untuk
mengenyahkan kepelikan ini namun semua lapisan masyarakat semestinya bahu
membahu agar gizi buruk dapat di enyahkan dari nusantara tercinta.
Kementerian Kesehatan memiliki data di tahun 2016-2017, 1
dari 5 ibu hamil mengalami kurang gizi, menjadi prihatin lagi yakni 7 daro 10
hamil disebutkan mengalami kurang kalori dan protein. Jika saja dari awal
tumbuh kembang anak sudah bermasalah, keniscayaan gizi buruk tentunya menjadi
kenyataan ketika anak telah lahir ke dunia. Inilah yang menjadi tantangan besar
bagi bangsa yang kita cintai, agar masalah gizi buruk pada anak Indonesia bisa
di kurangi dan dihilangkan.
Saatnya
Blogger Memainkan Peran Mengedukasi Masalah Gizi Buruk
Senyum anak Indonesia adalah harapan terindah untuk Indonesia di masa datang(dokpri)
Di era internet ketika informasi bukan melulu milik
korporasi media massa arus utama, saat media sosial pun bisa digunakan untuk
melaporkan kejadian yang terjadi secara cepat, meski memang kita perlu memilah
dan memilih berita fakta atau hoax, tapi sejatinya kehadiran media sosial
memberikan andil bagi penyebaran informasi. Sebagai blogger tentunya bisa
banget deh untuk menyebarkan informasi informasi dengan sumber sumber
terpercaya atau referensi bacaan yang bisa di pertanggung jawabkan. Sudah
saatnya para blogger pun mampu mendedikasikan tulisannya untuk penyebaran
informasi dengan menulis konten konten positif di blog masing masing.
Dari tulisan yang dibuat oleh para blogger kita bisa
mengutip pendapat pendapat para ahli dan disebarkan melalui platform blog
pribadi maupun blog rame rame, seperti ungkapan dr Saptawati Bardosono, Msc.
Beliau adalah spesialis gizi klinik dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang memaparkan situasi
gizi buruk dalam keseharian anak anak” Sampai saat ini penderita gizi buruk
sebagian besar adalah anak anak, karena orang tua mereka kemungkinan memiliki
berbagai masalah yang membuat mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan gizi anak
anaknya.”
Ada banyak jalan kebaikan untuk suarakan melalui tulisan
tulisan, permasalahan gizi buruk di Indonesia sangat mungkin akan terkikis
dengan kerja nyata dan juga ada arus informasi dari pada blogger, misalnya cara
menghadapi gizi buruk anak Indonesia melalui tulisan dan juga mengkampanyekan
bahwa gizi buruk saat ini berpengaruh terhadap kemajuan peradaban suatu bangsa.
Tulisan acapkali lebih tajam dari sebilah pedang, saatnya suarakan untuk para
blogger untuk lebih peduli akan issue dan permasalahan gizi buruk yang ada di
Indonesia.
Bukan untuk menghujat ataupun membully namun mencari
solusi agar monster bernama gizi buruk dapat di enyahkan, sudah waktunya para
blogger bahu membahu untuk perbuat yang terbaik bagi bangsa ini, tulisan
biasanya lebih mempunyai”nyawa” lebih lama di banding misalnya orasi, saat
berpidato orang akan mengingat sebentar namun jika menulis maka ada warna
keabadian yang bisa kita tuliskan.
Kolabraksi
Semua Komponen Bangsa Untuk Enyahkan Gizi Buruk
Gizi buruk seharusnya bisa dienyahkan dari tanah air tercinta(sumber gambar: Koran Sindo)
Saat pemenuhan zat gizi mikro kurang, dampak yang
dirasakan akan terasa beberapa tahun mendatang, jika negara lain sudah melesat
dalam pemenuhan zat gizi mikro, sedangkan kita tetap mengkhawatirkan bahwa
balita balita di tanah air kekurangan vitamin A yang berpengaruh pada indera
penglihatan, kekurangan thiamin yang menyebabkan beri beri atau juga kekurangan
zat besi yang menyebabkan anemia. Bahwa permasalahan gizi buruk bukan semata
tugas pemerintah. Menjelang Indonesia Emas di tahun 2045 ketika bangsa
Indonesia merayakan hari jadinya yang ke 100, kolaborasi dan aksi menjadi
bagian penting dan sinergi antara pemerintahan sebagai pemangku kebijakan dan
dukungan masyarakat serta pihak swasta menjadi sebuah keniscayaan untuk
menanggulangi masalah gizi buruk.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia memberi apresiasi untuk Forum Jejaring Indonesia Postharvest Loss
Alliance for Nutrition(I-PLAN) yang dibentuk untuk menjamin ketersediaan dan
keseinambungan pangan bergizi terutam ikan. Ada salah kaprah dan kurangnya pemahaman masyarakat kita akan kandungan gizi ikan, padahal ikan adalah
sumber protein yang gampang di dapat di Indonesia, mengingat nusantara adalah
wilayah maritim.
Kolaborasi dan aksi antara pemerintah dan pihak swasta
maupun masyrakat pada umumnya mempunyai dampak signifikan. Dari laba yang
dihasilkan korporasi dan di kembalikan dalam bentuk respn sosial adalah hal
yang positif, karena sengkarut gizi buruk pada anak Indonesia tentu tidak bisa
di selesaikan dengan mantera mantera ala film Aladon yang dapat dikabulkan oleh
jin. Namun untuk mencapai agar anak anak Indonesia dapat merdeka dari gizi
buruk adalah dengan semakin intens melakukan kolaborasi kolaborasi sehingga
senyum anak Indonesia lebih terkembang karena jiwa dan raga mereka sehat.
Seabad
Indonesia Dan Harapan Anak Anak Bebas Dari Belenggu Gizi Buruk
Awal kemerdekaan Republik Indonesia, para pendiri bangsa
atau para Founding Father bangsa telah memikirkan konsep kesejahteraan sosial
yang mencakup untuk memajukan kesejahteraan umum dan melindungi segenap bangsa Indonesia.
Namun dalam perjalanannya permasalahan keadilan sosial belum tuntas, hal ini
tercermin dalam sengkarut gizi buruk yang seakan mengintai anak anak Indonesia
di tahun ke 74 setelah menyatakan merdeka dari penjajahan.
Tumbuh kembang anak tak bisa terlepas dari unsur gizi
karena ini merupakan modal penting untuk tumbuh kembang anak, bagaimana ciri
ciri anak kurang gizi? Menurut Dr. Sri Kurniati M.S, Dokter Ahli Gizi Medik
Rumah Sakit Anak dan bersalin Harapan Kita, ciri ciri anak kurang gizi ialah
kekurangan energi protein ringan, dengan indikasi berat badan anak Cuma 80 persen dari berat normal.
Selanjutnya di sebut kekurangan energi protein sedang dengan tanda wajah
terlihat pucat dan warns rambut kemerahan dan berat badan hanya mencapai 70
persen, tanda kekurangan lainnya disebut kekurangan energi protein berat dan di
bagi dua yaitu maramus dengan tands berat anak hanya 60 persen dari berat
normal. Marasmus bukan satu satunya ciri anak dengan kekurangan energi protein
berat, ada kwashiorkor yang bisa di lihat secara kasat mata bahwa anak tersebut
kurang gizi selain berat badan yang kurang, kaki mengalami pembengkakan, rambut
warna merah dan mudah di cabut, kekurangan vitamin A dan mata menjadi rabun.
Tumpeng sehat dan role mode keseimbangan konsumsi makanan dan olah raga(sumber gambar(Kementerian Kesehatan RI)
Tentu kita tidak ingin anak anak yang tumbuh di era
sekarang mengalami gizi buruk, anak anak yang saat ini berusia antara 3 hingga
lima tahun di tahun 2045 akan berusia di kisaran umur 29 hingga 31 tahun. Dan
anak remaja usia di rentang usia 13 hingga 18, 26 tahun yang akan datang
berusia 39 tahun hingga 44 tahun. Usia dewasa dan bisa jadi menentukan
kebijakan pemerintahan atau legislatif kelak. Dengan asupan gizi yang baik saat
ini tentunya kita berharap seabad memperingati Indonesia Merdeka akan di isi
generasi generasi cemerlang dengan kecukupan gizi di masa kecilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar