Gubernur Kalteng saat bersitegang dengan pihak kepolisian di stadion Tuah Pahoe(screenshot twitter @heniunique)
Aksi
lempar botol air mineral yang dilakukan gubernur Kalimantan Tengah Sugianto
Sabran ketika pertandingan sedang berjalan antara tuan rumah Kalteng Putra
melawan Persib Bandung menjadi viral, sang gubernur tak puas dengan di kartu
merahnya Patrick Wanggai, ia pun naik pitam dan melemparkan botol air mineral
ke tengah lapangan. Dukungan kepala daerah untuk klub di Liga Indonesia bukan
hal yang baru. Sebelum tahun 2012, dana APBD malah bisa di peruntukan bagi klub
klub peserta Liga.
Sugianto
Sabran bukan kepala daerah pertama yang terang terangan mendukung klub
kebanggannya ketika menjabat sebagai kepala daerah. Kita mungkin masih ingat
saat “buligir day” yang di lakukan Ridwan Kamil atau Kang Emil saat laga semi
final Indonesia Super League, saat itu Kang Emil masih menjabat sebagai Wali
Kota Bandung, menonton di stadion Jakabaring untuk mendukung Persib Bandung
melawan Arema Cronus, maka sang wali kota pun bertelanjang dada saat nonton
bola, mengapa Kang Emil bertelanjang dada? Saat itu penonton yang memakai
atribut Persib dilarang masuk, akhirnya pilihannya adalah pakai baju tanpa
atribut Persib atau telanjang dada, Kang Emil pun memilih bertelanjang dada.
Dan
jika kepala daerah menjadi ketua umum klub, hal tersebut adalah kelaziman.
Namun sejak terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 tahun 2011, setiap
klub profesiona di larang menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, klub harus mencari sponsor sendiri, penggunaan dana daerah haram bagi
sebuah klub sepak bola di tanah air. Namun bukan berarti dukungan kepala daerah
semakin surut bagi klub klub di tanah air.
Seperti
gubernur Sumatera Utara, sebelumnya Edy Rahmayadi pernah melakoni peran rangkap
jabatan, jadi ketua umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia(PSSI) namun juga
menjadi gubernur, sosok yang di kenal tegas ini pernah menjadi Pangkostrad.
Namun publik meminta agar Edy lebih baik mundur dari jabatannya sebagai Ketua
Umum PSSI, akhirnya pada Kongres Tahunan PSSI di Bali,Minggu(20/1/2019) Edy
menyampaikan pengunduran dirinya.
Menjadi
menarik ketika peran pengurus sepak bola ataupun kepala daerah yang mengurus
sepak bola dan ini adalah wajah dari sepak bola di tanah air, meski dari segi
prestasi, pengurus sepak bola yang juga menjadi kepala daerah tak saling
berkolerasi untuk hal prestasi, titel juara nyaris tak pernah di genggam oleh
tim nasional di ajang sepak bola tanah air, ketika Thailand berkali kali juara
Sea Games atau pun piala tingkat regional Asia Tenggara yakni AFF Cup, tim
merah putih hanya bisa”nyaris” juara alias kebagian juara dua atau runner up
dan gagal angkat trophy.
Semoga
saja sepak bola tanah air diurus oleh orang orang yang benar benar paham sepak
bola dan juga fokus akan pembinaan pemain, mengerti secara utuh manajerial dari
ekosistem sepak bola di tanah air, yang lebih penting adalah memusnahkan mafia
sepak bola tanah air yang memang kerap mempengaruhi hasil akhir pertandingan
melalui pengaturan skor, mungkin ada juga kepala daerah yang ngurusin bola
tetapi jangan sampai terbengkalai mengurusi rakyat yang dipimpinnya.
Sepak bola
akan selalu menjadi olah raga favorit di tanah air, selain itu fanatisme
suporter Indonesia memang sudah di kenal ketangguhannya, kemana pun klub
kesayangannya bermain, maka di situ pula dukungan akan terus mengalir, inilah
uniknya sepak bola Indonesia, rakyat jelata dan juga para pemimpin daerah sama
sama gila bola euy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar