Ada kenangan yang tak pernah terlupakan tentang sebuah benda yang bertengger paling atas di bangun masjid kampung, ya benda itu bernama Momolo , ada sebuah mitos yang menjadi sebuah cerita unik tentang momolo yang tak boleh di tunjuk dengan jari, disebutkan bahwa jika kita menunjuk ke arah momolo maka jari tangan akan bengkak atau disebut bubuyuteun.
Dan entah apakah cerita yang sering saya dengar di saat bocah, mengandung unsur mistis atau bukan, Allahualam, cerita bengkaknya jari tangan saat menunjuk ke arah momolo membuat saya pun tak berani melakukan hal konyol yaitu menunjuk momolo, namun dengan seiring berjalannya waktu rumor itu pun semakin hilang dan saat ini pun momolo telah diganti dengan kubah yang lain namun kenangan tentang momolo tetap saja menjadi cerita yang sulit dilupakan.
Momolo masjid yang sering saya lihat tapi tak berani di tunjuk adalah bagian serpihan kenangan saat kecil, selain Momolo, benda di masjid yang sering membuat penasaran adalah tombak yang dipakai untuk kegiatan sholat Jum'at, saat hari Jum'at maka berkumpullah penduduk kampung Rajawetan untuk menunaikan sholat, nah saat khatib naik mimbar maka di serahkanlah tombak dari muadzin ke khotib, sepanjang membacakan khotbah Jum'at, khatib memegang tombak.
Inilah yang menurut saya unik, konon tombak disiagakan untuk mengantisipasi serangan penjajah Belanda di saat sholat Ju'mat, walau Belanda sudah minggat dan tak menjajah lagi namun tombak tetap ada dan menjadi bagian dalam ritual sholat Jum'at. begitulah kisah tentang momolo dan tombak yang melengkapi cerita unik dari kampung yang selalu ngangenin: Rajawetan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar