Pages

Senin, Oktober 31, 2016

Borobudur, Merengkuh Magnet Pariwisata Jawa Tengah Itu Keren!

           

                                         Borobudur aku datang(dokpri)

               Ketidak berdayaan memupuk rasa penasaran yang begitu mendalam, terkenang akan sebuah keinginan yang terpendam puluhan tahun silam, saat masih berstatus siswa dengan seragam khas putih abu abu. Saat akhir tahun di SMA dan merencanakan liburan idaman dan merayakan perpisahan monumental di sebuah candi kebanggaan yang masuk dalam deretan tujuh keajaiban dunia, namun apa daya ternyata impian itu luluh lantak. Orang tua menyerah dan berbisik dengan lirih bahwa tidak bisa memenuhi keinginan penulis untuk ber pariwisata ke candi Borobudur.

Maka usai sudah mimpi untuk menjejakan kaki menuju ke Borobudur, tetapi mimpi itu terus di pelihara bertahun tahun. Satu keinginan yang pastinya satu yakni mengunjungi Borobudur dan menyaksikan langsung keajaiban dunia berasal dari Indonesia. Akhirnya mimpi itu benar benar nyata, bersama tetangga satu gang di perumahan, berempat merencanakan sebuah perjalanan menuju Gunung Kidul namun nantinya mampir ke Borobudur, yes!

Seusai mengunjungi Gunung Kidul akhirnya mobil di arahkan menuju Borobudur, hati berkecamuk dan impian itu jadi kenyataan, rasanya tak sabar untuk bersegera ke sana, detik demi detik berjalan begitu lambat, penulis meminta teman yang memegang kemudi untuk menancap gas, dan akhirnya candi megah dan anggun itu terlihat jua, hati bersorak riang dan rasanya keajaiban datang menghampiri.

Setelah mengenakan kain dengan gambar Borobudur, setiap pengunjung di wajibkan membawa kain yang bergambar Borobudur saat memasuki gerbang, hmmm akhirnya stupa stupa, relief relief, dan juga arca yang berada di candi Borobudur benar benar tersentuh, magnet pariwisata yang menjadi ikon Indonesia terengkuh jua. Bangunan dari kejayaan dinasti Syailendra sudah di depan dan saatnya mengagumi pahatan klasik para arsitek zaman dahulu yang begitu mempesona, beruntung provinsi Jawa Tengah memiliki sebuah tempat yang begitu masyhur baik bagi pelancong domestik maupun manca negara. Keren banget rasanya ber poto di sebuah candi yang megah.

Borobudur Itu Tujuan Impian Pelajar, Berpromosi Ke Sekolah Kenapa Tidak
                                    Mimpi berada di candi Borobudur pun terengkuh(dokpri)


Saat pulang dari Borobudur, penulis pun bercerita ke tetangga sekitar ketika mengunjungi Borobudur, obrolan ringan ketika mendapat giliran ronda. Uda Azis yang berasal dari Sumatera Barat terlihat masygul kenapa ia tak di ajak saat ke Borobudur, padahal ia pun sebenarnya ingin sekali ke sana, mimpi itu terpendam semenjak berada di bangku sekolah dan sampai saat ini pun belum tercapai cita cita menuju Borobudur. Teman blogger berasal dari Makasar yang membaca postingan penulis tentang Borobudur merasa sedih karena mimpinya untuk menggapai Borobudur belum terwujud.
Penulis yang berasal dari daerah Jawa Barat, seumur umur baru sekali mengunjungi Borobudur dan mimpi itu di mulai saat berada di bangku sekolah, setiap liburan akhir tahun pelajaran, Candi Borobudur selalu menjadi tempat yang paling banyak di inginkan siswa untuk menuju ke candi yang konon di temukan oleh Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles medio 1811-1816.

Keistimewaan candi Borobudur di mata pelajar sebenarnya bisa di optimalkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah dengan terus mempromosikan Borobudur ke sekolah sekolah, pesona Borobudur akan selalu menyulut rasa penasaran bagi para pelajar lintas wilayah, promo itu bisa melalui media sosial yang kini menjadi trend setter di kalangan pelajar generasi milenial yang sangat fasih memainkan gadget.

Borobudur di hari biasa bisa di kunjungi sekitar 3.000 hingga 4000 pengunjung, dan di hari Sabtu dan Minggu angka kunjungan melonjak menjadi 20.000 hingga 30.000 pengunjung, dan bila libur sekolah tiba maka jumlah wisatawan di pastikan akan membengkak dan sebagian besar adalah para pelajar.
Hingga saat ini pun magnet Borobudur tetap memancarkan pesona yang luar biasa, kunjungan pelajar merupakan salah satu aset penting bagi pertumbuhan perekonomian kratif di seputaran Borobudur, merebut hati para pelajar di seluruh nusantara adalah hal keniscayaan dan ini merupakan sebuah tantangan dan juga peluang.

Meredam Keagresifan Pedagang Di Seputaran Borobudur

Sebelum benar benar menjejakan langkah di candi Borobudur, penulis menyempatkan juga mengunjungi candi fenomenal lainnya yakni Prambanan. Ada perbedaan yang cukup terasa saat mengunjungi kedua candi ini, salah satu pengamatan penulis yaitu para pedagang yang berada di Borobudur dan Prambanan, saat berada di Prambanan relatif pedagang yang menjual berbagai souvenir masih kalem menawarkan barang dagangan.
Namun ketika berada di Borobudur, pedagang terlihat lebih agresif menawarkan barang dagangannya, karena penulis baru pertama kali ke Borobudur mungkin cara ini yang di anggap paling efektif menjajakan dagangan agar cepat laku. Saat inbox teman yang domisilinya berada di Magelang, penulis bertanya masihkah pedagang di Borobudur agresif menawarkan barang dagangan? Jawabannya adalah masih.
Rasanya gimana gitu di ikuti para pedagang, risih iya seolah olah harus membeli barang dagangan, bila berkenan semestinya ada aturan yang lebih ketat agar para pedagang di sekitaran Borobudur tidak seperti ‘menodong’ agar dagangannya di beli. Bila memang souvenirnya unik, keren dan tentunya terjangkau nggak di paksa juga para pengunjung akan membeli dengan suka rela. Teringat akan tulisan di sebuah blog yang menceritakan kenyamanan wisatawan saat berkunjung ke Thailand.
Mungkin konsep berjualan yang di ceritakan tentang pedagang di tempat wisata Thailand yang tidak mengasongkan dan menyodorkan dagangan ke wisatawan patut di tiru, para pedagang di kawasan wisata Thailand berteriak di tempat dagangan menawarkan barang dagangan, wisatawan pun tak merasa terganggu, apa lagi mereka di bekali kemampuan untuk menawarkan dagangan dengan bahasa Indonesia, Mandarin serta Inggris meski dengan kemampuan yang ala kadarnya, konsep ini bisa di tiru agar wisatawan di Borobudur memiliki kenyamanan saat berkunjung.

Petaka Geografis Di Selembar Kaus

Ceu Ratna dan sekeluarga ber darma wisata ke Borobudur, untuk ukuran tahun 80an saat penulis masih duduk di bangku SD, liburan Ceu Ratna ke Borobudur dengan memboyong keluarga adalah sesuatu yang wah dan tentu istimewa, sepulang dari Borobudur dengan oleh oleh yang di berikan sebuah kaus istimewa, bergambar candi Borobudur dan tulisan Jogjakarta. Saat itu penulis beranggapan bahwa Borobudur terletak di Jogjakarta, bertahun tahun meyakini bahwa memang Borobudur berada di Jogjakarta karena pengaruh tulisan di selembar kaus.

Namun seiring berjalannya waktu, ternyata apa yang di tuliskan bahwa Borobudur itu Jogja di selembar kaus, salah saudara saudara. Letak Borobudur 40 kilo meter di sebelah barat laut Jogjakarta, 86 kilo meter di sebelah Barat Surakarta dan 100 kilo meter disebelah barat daya Semarang. Terletak di Magelang yang secara administrasi masuk wilayah Jawa Tengah, namun Borobudur masih di anggap sebagai wilayah Jogjakarta kalau mengacu dalam kaus yang di perjual belikan.

Saat berada di Borobudur, iseng iseng penulis bertanya kepada penjual kaus, mengapa sih harus di tulis Jogja ketimbang Jawa Tengah di kaus yang di perjual belikan sekitaran candi Borobudur. Dengan enteng si penjual kaus yang letaknya beberapa meter di gerbang keluar Borobudur menyebutkan bahwa dari dahulu memang terkenalnya Borobudur itu identik dengan Jogja.
Wow luar biasa, selembar kaus ternyata telah menjadi sebuah petaka geografis yang sudah di maklumi, dan mungkin inilah istimewanya Borobudur, ya sudahlah mungkin ‘kecelakaan’penyebutan Borobudur itu Jogja merupakan karena kebiasaan, tapi alangkah eloknya para penggiat industri kreatif yang memproduksi kaus lebih percaya diri menuliskan di kaus buatannya bahwa Borobudur itu adalah Jawa Tengah, bisa khan?

Pesona Jawa Tengah Dengan Mahkota Bernama Borobudur

Luas wilayah Jawa Tengah 32.548 kilo meter persegi atau 28,94% dari luas pulau Jawa. Memiliki sejumlah titik wisata yang layak di kunjungi, mulai dari Brebes hingga Wonogiri, dari Cilacap sampai Rembang. Apapun ada mulai wisata bahari, area pegunungan hingga menikmati kuliner khas Jawa Tengah. Potensi wisata Jawa Tengah tampaknya terus menggeliat, tujuan wisata baru pun semakin membuat wisatawan tertarik untuk mengunjungi Jawa Tengah.

Viral viral melalui media sosial semakin membuat Jawa Tengah moncer untuk di kunjungi, lihatlah viral di medsos saat beberapa netizen memposting menyelam di Umbul Ponggok yang terletak di Klaten. Dengan gaya unik nan kreatif maka terlihat menyelam seraya mengendarai sepeda atau motor, ini merupakan cara baru menikmati wisata di era milenial, maka tak pelak lagi Umbul Ponggok pun jadi ngehits sebagai tempat tujuan wisata yang memperkaya khazanah wisata di jantungnya pulau Jawa.

Yang menyita perhatian para pelancong saat ke Jawa Tengah adalah pesona indahnya Taman Nasional Karimunjawa, gugusan 22 kepulauan dan terletak di laut Jawa akan menakjubkan siapa pun yang mengunjunginya, taman nasional seluas 110.117,30 hektar memiliki pemandangan yang memukau dan memanjakan pandangan mata. Konservasi  sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan ruh dari keindahan Taman Nasional Karimunjawa, sepotong surga Karimunjawa merupakan anugerah Tuhan yang tak terhingga.

Masih banyak lagi tempat tempat tujuan wisata Jawa Tengah, selain tempat yang paling di buru dari pesona Jawa Tengah adalah eksostisme rasa di lidah alias kuliner. Hampir semua wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata bakalan penasaran dengan kulinernya atau menu khas daerah yang di kunjungi.

                                         Enting enting salah satu kuliner terkenal Jawa Tengah(dokpri)

Kuliner Jawa Tengah itu seabrek abrek, bahkan invansi nikmatnya kuliner Jawa Tengah mulai masuk ke Jakarta sebagai ibu kota negara, lihat saja tempe mendoan yang terkenal di daerah Banyumas dan Purwokerto, di pinggir jalan banyak sekali di jajakan tempe mendoan yang sekarang banyak di gemari. Selain tempe mendoan, kuliner Jawa Tengah yang terkenal adalah Lumpia Semarang, Tahu petis, Nasi Gandul, Sego Megono, Soto Kudus, Gethuk,Dawet Ireng. Melimpahnya kuliner di Jawa tengah merupakan potensi yang akan memajukan wisata.


Jelajah Jawa Tengah tak akan pernah habis, dan mahkota wisata yang paling terkenal adalah Borobudur, beruntung penulis pernah singgah dan merasakan sensasi megahnya candi terbesar ini, semoga wisata di Jawa Tengah terus berkembang dan memberikan manfaat bagi warga sekitar. Kekayaan budaya, keragaman kuliner, keramahan penduduk adalah kunci wisata Jawa Tengah. Tak pernah rugi menjelajahi inchi demi inchi wisata di Jawa Tengah dan temukan jantung sebenarnya pulau Jawa di satu tempat bernama Jawa Tengah, yuk berwisata ke sana!



Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar