Bapak adalah inspirasi bagi saya untuk rajin menabung(dokpri)
Tulisan ini saya buat untuk
mengenang sosok Bapak yang begitu luar biasa, dari beliau pula saya mengenal
pentingnya menabung untuk kehidupan yang lebih baik, Bapak memberi teladan yang hebat bagaimana harus mengelola keuangan, dengan menghemat pengeluaran dan
menyimpannya maka kelak uang itu akan bermanfaat jika satu ketika di butuhkan.
Bukan melulu omongan semata namun Bapak memberikan contoh nyata dengan
mempunyai celengan, belum lagi simpanan berupa Tabanas yang di miliki Bapak.
Bahkan ada
reward khusus jika kami mampu menyimpan uang di celengan, siapa yang paling
banyak mendapatkan jumlah terbanyak uang di celengan maka dialah sang pemenang,
meski akhirnya saya tak jua jadi pemenang namun konsep Bapak untuk
memperlakukan uang tanpa harus menghabiskan begitu saja, jangan boros dan
jangan terlalu pelit, begitu ungkap Bapak tentang uang. Dan kini apa yang
pernah di katakan Bapak benar adanya, di saat membutuhkan uang, jika dalama
keadaan terdesak maka apa yang kita simpan sangat berguna dan itu terasa oleh
saya pribadi.
Celengan plastik di rumah, penting juga saat situasi sedang bokek(dokpri
Sosok Bapak
dengan “ilmu rik rik gemi” yang berarti sifat senang menabung namun bukan
berarti harus pelit, hingga saat ini pun ilmunya telah saya serap. Ada beberapa
tabungan yang saya punya dan itu pun plus celengan dari plastik tersedia di
rumah. Untuk hal positif senang menabung Bapak adalah inspirasi bagi saya,
bagaimana harus mengelola keuangan dan sikap di saat mempunyai kelebihan uang
tak lantas berfoya foya, terima kasih bapak untuk semua yang pernah di ajarkan
untuk urusan rajin menabung.
Pesona “Si Emas Cokelat” Dan Bagaimana Mengelola Keuangan
Ala Bapak
Di tahun
80-90an tanaman cengkeh merupakan tanaman favorit, di hampir pekarangan rumah
atau pun kebun pasti di temukan pohon cengkeh, dan saat itu harga cengkeh
kering termasuk “harta karun” yang mampu melesakan keuangan keluarga. Dari hasil
penjualan cengkeh maka rupiah pun di dapat, tak heran bila tanaman cengkeh
menjadi favorit pohon yang di tanam selain mangga. Saat pohon cengkeh mulai
berbunga tampak keceriaan melanda.
Ada beberapa
pohon cengkeh di sekitaran halaman rumah, dan bila waktu panen adalah moment
istimewa, meski tak terlalu banyak memiliki pohon cengkeh namun di saat masa
panen maka kegairahan pun akan tersaji, pundi pundi rupiah pun pasti bertambah.
Syzygium aromaticum ini mempunyai pesona yang luar biasa, dan kegembiraan di
saat masa panen cengkeh merupakan warna lain di kampung kami.
Para
tengkulak pun akan semakin rajin menyambangi kampung untuk mencari cengkeh
kering, namun biasanya warga memilih menjual ke kota karena selisih harga jual
nya lebih terasa di banding jika menjual ke tengkulak. Bapak cukup bijaksana
saat panen cengkeh tiba, meski keuntungan di depan mata dan dari hasil panen
cengkeh bisa membeli ini itu, namun Bapak lebih senang menabung hasil penjualan
cengkeh di banding membeli peralatan rumah tangga.
Rengekan
saya untuk di belikan sepeda misalnya selalu di tolak Bapak, dan Bapak selalu
berkata, nanti satu ketika kamu akan tahu betapa bergunanya sebuah tabungan
bagi kita. Sesuatu yang tak bisa saya cerna apa arti ucapan Bapak, namun
beberapa tahun kemudian, ucapan Bapak menjadi sebuah kenyataan. Tabungan Bapak
dari hasil penjualan cengkeh begitu punya makna saat saya melanjutkan sekolah,
biaya biaya saat masuk tahun pelajaran baru berasal dari tabungan Bapak.
Beruntung
kami mempunyai beberapa pohon cengkeh, lebih beruntung lagi adalah Bapak bisa
menyimpan hasil penjualan cengkeh dan kami pun menikmati hasil jerih payah
Bapak ketika memutuskan untuk tidak menghamburkan hasil panen cengkeh dan
memilih untuk di tabung.
Bergunanya Tabungan Saat Situasi Darurat
Menabung di bank adalah salah satu kegemaran yang di warisi sifat bapak(dokpri)
Telepon di ujung
sana mengabarkan bahwa kakak tertua saya mengalami masalah saat menghadapi
persalinan anak bungsunya, melahirkan di atas usia 40 tahun memang bukanlah
perkara yang mudah, tak melulu datang namun harus pula membawa sejumlah uang
untuk biaya persalinan, beruntung pula saat itu masih ada saldo di tabungan.
Tak menunggu lama akhirnya memutuskan ke kampung untuk menengok kondisi kakak.
Beruntung Ibu dan Bayi nya selamat, setelah mengurus biaya adminitrasi kami pun
pulang dengan senyum gembira karena ada keluarga baru.
Ternyata apa
yang di lakukan Bapak, saya tiru. Ya menabung adalah satu hal yang selalu di
ingatkan Bapak, jika dalam kondisi tertentu yang mengharuskan keluar biaya,
tabungan yang kita simpan akan sangat berguna. Dan berkat tabungan dari hasil
menyisihkan itu, persalinan kakak tercinta bisa tertangani, selalu bersyukur
bahwa apa yang di teladani Bapak saat dahulu dengan gemar menabung ternyata
sangat berguna ketika kondisi darurat.
Sekali waktu
saat saya sendiri harus menjalani rawat inap, saat itu BPJS Kesehatan belum
ada, biaya memang dari perusahaan namun dengan limit tertentu, jika melampaui
limit yang telah di tentukan maka kelebihannya akan di tanggung si pasien.
Sekali lagi akhirnya memang terbukti bahwa inspirasi Bapak soal rajin menabung
menemukan caranya untuk di buktikan. Dari tabungan pribadi akhirnya biaya biaya
rumah sakit bisa terbayarkan. Tak terpikirkan jika nggak punya tabungan, nggak
punya cadangan keuangan duh sedih banget dah.
Tabungan
begitu berarti di saat situasi yang memang begitu genting dan mendadak,
beruntung pada akhirnya memang situasi yang tidak mengenakan itu bisa terlewati
dengan baik dan itu karena kita rajin menabung.
Ke Bank Yuk, Mari Menabung Ayo Menabung
Survey bank
Indoneia di tahun 2015 menyatakan adanya
peningkatan jumlah masyarakat untuk menabung di bank, ada peningkatan porsi
tabungan terhadap pendapatan. Sesuatu hal yang menggembirakan memang jika trend
positif itu terus di lakukan oleh kita semua. Hingga saat ini pun saya masih
tetap mempercayakan bank untuk menyimpan uang, selain lebih aman di banding di
taruh di balik bantal, beberapa faedah kita dapatkan saat menabung di bank.
Saatnya
terus mengoptimalkan agar masyarakat semakin gnadrung untuk menabung di bank,
nggak rugi lah menabung di bank. Dengan jumlah penduduk di atas 250 juta memang
sewajarnya bila masyarakat Indonesia memilih bank sebagai tempat menabung. Jadi
ingat pepatah kuno yang begitu terkenal yakni “Sedikit sedikit lama lama
menjadi bukit”. Yuk kita tingkatkan tabungan dan terus menabung selagi bisa
agar saat mengadapi situasi darurat sekalipun kita tetap bisa bersikap tenang,
soalnya ada tabungan sih.
Bank Boleh Beda Tapi Penjaminnya Tetap LPS Dong
Nasabah di Indonesia tak perlu was was menabung di bank karena ada LPS(dokpri)
Nggak usah
khawatir duit raib di bank, ingat dong di tahun 1998 saat krisis moneter
menghajar telak Indonesia dan 16 bank terpaksa di likuidasi. Titik kepercayaan
masyarakat pun seakan di ujung tanduk terhadap bank. Namun kini dengan hadirnya
Lembaga Penjamin Simpanan dengan di perkuat dengan Undang Undang Nomor 10 Tahun
1998 Tentang Perbankan. Nasabah tanah air tak perlu was was lagi. Dan peran LPS
semakin kuat setelah hadirnya Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 pada
tanggal 22 September 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
Ada 3
kriteria simpanan layak bayar yakni tercatat dalam pembukuan bank, tingkat
bunga simpanan tidak melebihi tingkat bunga pemerintahan, tidak melakukan
tindakan yang merugikan bank. Nah jadi ngerti kan mengapa kita percaya
menyimpan uang di bank karena ada lembaga penjaminnya lho. Sejak 13 Oktober
2008 saldo yang di jamin untuk setiap nasabah pada satu bank adalah paling
banyak sebesar 2 milyar.
Adapun
simpanan yang di jamin meliputi giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan,
dan atau bentuk lain yang dipersamakan. Nah makin yakin dong untuk nabung di
bank, yuk ah nabung aja di bank dan kita tak perlu cemas karena ada Lembaga
Penjamin Simpanan.
Semoga tulisannya bisa menginspirasi yang lain juga ya, Mas. Aamiin.
BalasHapusMampir ke blog saya ya. :)