Pages

Selasa, November 01, 2016

Ketika Sanak Keluarga Meninggal Karena Diabetes, Rasanya Gimana Gitu



Tahun 1999 ayahanda tercinta menghadap Illahi setelah berjuang melawan penyakit yang menggerogoti tubuh beliau  selama 8 tahun, menderita diabetes membuat ayah mengalami komplikasi dan akhirnya sang Khalik memanggil ayah pulang untuk selama lamanya, tahun 2002, Ua penulis yang bernama Ua Marmo pun meninggal setelah cukup lama menderita diabetes, tahun 2004 kakak tertua dari ayahanda penulis yang menderita diabetes selama hampir 18 tahun di tentukan takdir hidupnya, meninggal dunia setelah berjuang keras melawan kencing manis. Di tahun ini duka pun menyergap penulis saat 4 bulan yang lalu Bi Indun meninggal dunia juga karena menderita diabetes.
Diabetes mungkin sebuah penyakit yang diam diam menggerogoti tubuh dan menyebabkan komplikasi penyakit lainnya seperti yang menyebabkan kerusakan pada ginjal, syaraf serta mata. Hingga saat ini berdasarkan data Sample Registration Survey 2014 bahwa Diabetes menempati urutan ketiga sebagai penyakit pembunuh nomor tiga di Indonesia dengan persentasi 6,7%. Yang di perlukan saat ini adalah gerakan penyadaran terhadap masyarakat luas untuk lebih perhatian akan bahaya dan resiko tentang penyakit Diabetes Melitus, masyarakat Indonesia menyebutnya sebagai penyakit gula atau kencing manis.

Mewaspadai Berat Badan Menurun Tanpa Sebab

Nggak pernah diet, makan masih kenceng kencengnya tapi kok berat badan malah turun beberapa strip di timbangan, ada kalanya pertanyaan pada diri sendiri, ada apa kok gerangan? Sejumlah pakaian yang tadinya nggak muat di badan malah longgar, olah raga pun jarang tapi kok bisa ya berat badan hilang beberapa kilo. Waspada nih sob semua, tanda tanda penurunan berat badan tanpa adanya kejelasan merupakan tanda awal kita berada di zone diabetes, apalagi beberapa indikasi lainnya yakni banyak berkemih alias sering kencing dengan frekuensi melebihi kencing pada umumnya, bolak balik ke toilet untuk pipis.
Selain itu acapkali kita di sergap rasa haus dan akhirnya banyak minum, tanda tanda awal deteksi gejala Diabetes adalah di tengarai yakni adanya kecenderungan makan banyak, rasa lapar yang terus menerus. Di sisi lain adanya penurunan berat badan namun ternyata banyak makan juga, waspada.. waspadalah.
Keluhan lain yang di alami seseorang adalah sering terasa lemas, badan mudah lelah, mata pandangannya mulai mengabur, penyembuhan luka yang berlangsung relatif lama, sering merasa kesemutan, gatal. Jika tanda tanda tersebut memang ada maka alangkah bijaksananya kita pun memeriksa kadar gula darah. Utuk sekarang pengecekan gula darah dapat di lakukan di klinik maupun Puskesmas dengan biaya relatif murah.

Saat Terdeteksi Gula Darah Tinggi, Ada Perasaan Berkecamuk Antara Sedih Dan Nelangsa

Pernah satu ketika penulis menghindari konsumsi berlebih akan makanan dan minuman yang mengandung kadar gula tinggi, denga rekam jejak kerabat yang lekat dengan penyakit kencing manis, akhirnya penulis berupaya sekuat mungkin menahan keinginan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman manis, tapi ternyata malah mengakibatkan sakit, menurut dokter yang merawat bahwa penulis harus mengkonsumsi gula dengan kadar yang cukup.

 Saat ada arisan keluarga, badan terasa lelah sangat, keringat mengucur deras, rasa letih dengan gejala lemas, serasa tak punya tenaga dan lunglai terasa. Acara arisan keluarga di lewatkan dengan berbaring di kamar, usai acara penulis pun berobat ke klinik terdekat, setelah mendapat obat ada perasaan penasaran kenapa lemas menyergap seketika, karena penasaran penulis pun meminta untuk mengecek kadar gula darah.

363 mg/dl adalah hasil test kadar gula darah, dan dokter yang saat itu mengobati penulis mengatakan bahwa nilai tersebut di pastikan penulis mengidap diabetes. Di bangku klinik tercenung dalam diam, lintasan Ayah pergi, Ua Djunah, Ua Marmo seakan menjadi rekaman yag serasa berputar kembali, mereka adalah kerabat yang telah berpulang karena mengidap penyakit bernama Diabetes. Rasa sedih dan nelangsa seakan memintal, ini kah sebuah takdir bahwa berada di lingkaran keluarga dengan riwayat diabetes harus juga mengalami hal yang sama dengan mereka?

Berdamai Dengan Diabetes, Implementasi  Perilaku CERDIK

Hidup terus berlanjut, langit masih biru dan burung pun masih bernyanyi di pagi hari, kesehatan memang lebih mahal dari mutiara, beruntung penulis satu komplek dengan dokter yang mempunyai klinik, berkat nasehat nasehat pak dokter yang juga tetangga penulis, lambat laun perasaan sedih dan nelangsa karena kadar gula tinggi serta potensi menyandang status sebagai orang yang di sebut mempunyai penyakit gula berangsur hilang. Meski memang gula darah relatif tinggi namun itu bukan akhir sebuah kehidupan, ada berbagai upaya agar kadar gula darah bisa di turunkan mendekati angka normal, salah satu saran pak dokter adalah melakukan olah raga secara rutin paling tidak lima kali dalam semiggu.

Tubuh yang bergerak paling minimal 30 menit akan memberikan dampak bagus bagi tubuh, ada istilah pak dokter yang masih di ingat, implementasikan perilaku CERDIK yang di maknai Cek kesehatan secara berkala. Enyahkan asap rokok,Rajin berakatifitas fisik,Diet sehat dan berimbang, Istirahat Cukup dan Kelola Stress. Akhirya penulis pun mengikuti saran yang di sebutkan pak dokter, untuk enyahkan asap rokok itu sih gampang banget karena penulis bukanlah tipe orang yang suka merokok. Kiat pak dokter oke juga sih, terima kasih ya pak atas sarannya.

Berolah raga Renang dan Sepeda,Kegembiraan Melawan Diabetes
                                Sepeda kesayangan yang siap menemani berolah raga(dokpri)

Mungkin penulis bukanlah tipe orang yang gemar banget yang namanya olah raga, senang nonton bola di depan tivi hingga larut malam dan begadang untuk nonton sepak bola eh malah jarang main bola, setelah mengetahui kadar gula darah tinggi dan tentunya nanti berakibat kurang baik bagi organ organ tubuh lainnya, akhirnya penulis memutuskan untuk lebih bergiat melakukan aktifitas fisik, maka upaya itu di mulai dengan hal hal yang menyenangkan.

Bersepeda merupakan olah raga favorit penulis, maka di usahakan jika bekerja di shift pagi maka olah raga sepeda di lakukan sore hari, bila siang hari bekerja maka pagi akan bergowes ria mengelilingi komplek perumahan. Bila hari Minggu tiba waktunya bergowes dengan jarak tempuh yang lebih jauh, ternyata setelah rutin bersepeda, tubuh pun mengalami perubahan, dahulu sering merasa cepat lelah dan seakan tak bertenaga namun dengan merutinkan diri gowes ternyata ada perubahan yang cukup signifikan, tubuh mulai berangsur bugar dan dengan bersepeda terasa lebih sehat.
                                         Berenang salah satu olah raga favorit(dokpri)

Olah raga yang lain adalah renang, dahulu saat masih tinggal di kampung  yang ada sungai bernama Cipager, kesibukan harian adalah berenang di sungai, sampai saat ini pun renang bagi penulis merupakan olah raga pilihan. Meski tidak lagi berenang di sungai seperti dahulu, beruntung di sekitaran tempat tinggal ada beberapa kolam renang yang bisa di gunakan untuk menyalurkan hobi, dan harga tiket masuknya pun relatif terjangkau.

Setelah mengkombinasikan olah raga renang dan bersepeda, ternyata olah raga favorit ini memang mempunyai manfaat untuk menurunkan kadar gula darah, beberapa waktu lalu saat cek gula darah, alhamdulillah setelah rutin berolah raga kadar gula darah menurun dengan catatan 190 mg/dl, meski belum ideal tapi turun secara signifikan adalah sesuatu yang menyenangkan.
.
Tentang Gaya Hidup Di Era Milenial Sebuah Tantangan Yang Harus Kita Hadapi

Era kekinian yang segalanya serba mudah dan instan, diabetes bukanlah penyakit menular namun di lihat dari agregat penyakit tidak menular yang mengakibatkan kematian, diabetes berada di urutan ketiga setelah jantung dan stroke. Berbeda di era tahun 60an serta 70an saat penyakit menular seperti tuberkolosis dan diare yang paling nampol jumlah kematiannya. Di era milenial justru penyakit yang bukan wabah menjadi ngehits.

Perubahan gaya hidup berikut pola makan di dalamnya turut menyumbang peranan bahwa penyakit bukan menular menjadi sesuatu yang merisaukan, menurut data yang di punyai Kemenkes bahwa di tahun 1990an angka penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian masih  di angka 37%. Awal millenium baru atau tepatnya tahun 2000 yang lalu angka kematian penyakit tidak menular mengalami grafik kenaikan cukup signifikan dengan persentasi sebesar 49%.

Tahun 2010 angka kematian pada penyakit tidak  menular menyentuh angka 58%, terakhir di tahun 2015 angka kematian pada penyakit tidak menular bertengger di angka 57%. Angka angka adalah suara untuk di perhatikan, era milenial di mana satu kemudahan teknologi merupakan tantangan tersendiri, dahulu aktifitas di lakukan kapan saja tanpa ribet dengan gawai, namun sekarang gawai seakan menyandra kehidupan kita, dan keasyikan memainkan gawai menyebabkan jarang beraktifitas dan di tambah dengan pola makan yang kurang seimbang membuat generasi sekarang menurut WHO tahun 2014, bahwa 1 dari 10 penduduk usia 18 tahun ke atas menderita diabetes tipe A.

Tantangan generasi milenial untuk pola hidup sehat memang harus di galakan, bahwa sehat adalah sesuatu hal yang bisa di raih dengan mengubah pola hidup lebih teratur, meski ruang publik di kota kota besar di Indonesia tidaklah terlalu banyak, namun dengan kemauan keras bahwa aktifitas fisik bisa di akali dengan tempat terbatas, yang penting memaksimalkan waktu untuk bergerak meski memang rutinitas seakan menumpuk, sempatkanlah berolah raga sehingga tubuh pun bugar.

Memaknai Manisnya Kehidupan Meski Mengidap Penyakit Diabetes

Sebagai pekerja dan juga yag berkecimpung di dunia perbloggan,meski kini penulis boleh di bilang menderita penyakit diabetes namun harapan masih ada, dengan pola makan sehat, berolah raga rutin serta mengelola stres dengan baik, bukanlah mimpi kosong bahwa gula darah akan kembali normal, meski katanya memang diabetes tidak bisa di sembuhkan namun dengan mengontrol gula darah agar normal dan tidak menyebabkan komplikasi.

Kegiatan ngeblog yang terkadang harus melewati saat saat deadline lomba blog dan tentu saja ini berpengaruh akan emosi dan tata kelola stress, tapi percayalah setiap kejadian pastilah ada hikmahnya, meski menderita diabetes namun buka berarti kehilangan kesempatan manis untuk menikmati hidup. Dengan mengubah gaya hidup seperti mengurangi makanan manis degan  kadar gula tinggi, bahkan badan kesehatan dunia(WHO) merekomendasikan bahwa asupan gula harian sebanyak 25 gram atau setara 2 sendok makan.

Olah raga yang di sukai pun seharusnya menjadi bagian gaya hidup, bergerak 30 menit perhari atau 150 menit perpekan adalah langkah bagus menghmabat gula darah naik, Untuk pola makan memang porsi asupa kalori dan lemak harus di batasi, perbanyak  asupan serat, jangan lupa bahwa sayur dan buah pun penting bagi tubuh kita.


Melawan Diabetes adalah keniscayaan, semua berpulang kepada pribadi masing masing, lebih memilih makanan sembarangan dan berakibat buruk di waktu mendatang, atau makan makanan bergizi dan sehat untuk investasi di usia yang akan datang, pilihan ada di tangan kita, maka melawan Diabetes pun bisa kita lakukan, pola CERDIK ternyata cukup ampuh meredam ganasnya Diabetes, yuk kita lawan Diabetes sepenuh hati!

1 komentar:

  1. Tidak ada orang yang berkurang jatah hidupnya karena diabetes, dan tidak ada orang yang bertambah jatah hidupnya walaupun tidak mengidap diabetes atau lainnya. Setelah menempuh ikhtiar yang maksimal seperti menjaga gaya hidup sehat dan rajin cek kesehatan, maka yang paling penting lagi adalah bersyukur atas takdir, karena yakinlah kondisi saat ini adalah kondisi terbaik yang Allah kehendaki atas diri kita.
    Satu lagi, sakit adalah ciri manusia sejati sebagaimana lupa dan berdosa. jangan pernah mengeluh, keep spirit. Bravo A Opik.

    BalasHapus