Pages

Minggu, Februari 23, 2020

Belajar Nulis Dari Kang Maman Suherman


                                            Menulis itu melakukan perlawanan dalam hening(dokpri)



Kang Maman Suherman, pria yang pernah berperan sebagai notulen dakam acara Indonesia Lawak Club, tayangan parody yang menampilkan pelawak pelawak top di Indonesia, tampil sebagai orang di penghujung acara dengan kesimpulan kesimpulan nan menohok membuat kita merenung tentang apa yang terjadi di negeri ini dalam presfektif berbeda. Pria kelahiran Makasar 10 November 1965 dan berkecimpung di dunia jurnalistik sebagai wartawan Nova pada tahun 1986, memiliki segudang cerita dan mengapa ia tertarik dengan dunia literasi.

Tak dinyana bahwa karier kepenulisan Kang Maman berawal dari tulisan puisi dengan honor lima puluh rupiah, namun honor tersebut membuat Kang Maman Suherman girang tak kepalang karena puisinya tentang pujaan hati itu mampu menghasilkan rupiah dan bukti pemuatan puisi tersebut ditunjukan kepada gadis yang Kang Maman taksir saat itu,cie cie so sweet. Kang Maman mempunyai bekal pendidikan di jurusan kriminolog dan mulai menjadi wartawan di grup Kompas sejak tahun 1986 hingga tahun 2003,ada satu hal yang di ingat penulis saat bertemu Kang Maman dalam sebuah acara, yakni pernyataan Kang Maman yang terasa bernas dan to the point, jika melawan kebisingan harus dengan berteriak tetapi dengan menulis, meski dalam hening maka perlawanan terjadi dalam tulisan karena karya kita di baca orang, maka penting banget  mengapa kita harus menulis, nah sampai di sini baru ngeh deh.

Dari tulisan tulisan Kang Maman, jadi tahu deh ternyata pencapaian
untuk menjadi bintang itu nggak gampang,bahkan seorang ibu merelakan anaknya untuk 'dicicipi'agar kariernya bisa di dongkrak dan Kang Maman langsung mengalami kejadiannya,atau dengan cerdas Kang Maman membeberkan fakta ada artis yang bermasalah dengan penampilannya di tivi dan mereka mereka itu bintang dengan honor selangit dan kerap muncul di tivi tivi,walau kita tahu penampilan mereka cenderung vulgar, tapi ya begitulah demi materi apapun dilakukan.

Ada juga cerita lucu saat Kang Maman ngumpetin buku stensilan sejenis Nick Carter atau Enny Arrow dibalik gambar presiden ketika di sekolah untuk mengelabui pandangan guru, kenakalan masa remaja dari Kang Maman Suherman
. Saat ini di eranya internet bahwa jurnalisme warga itu berarti ia mempunyai peran sebagai penulis, editor, pemasar dan juga produser bagi dirinya sendiri, namun demikian jangan lupa untuk mematuhi sembilan elemen jurnalistik Bill Kovach dengan filosofi jurnalisme mengejar kebenaran dan jurnalisme itu disiplin menalankan verifikasi, independen terhadap sumber berita, menjadi pemantau kekuasaan serta berusaha keras membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan seraya menjaga berita menjadi proposional. Dengan cara ini sebenarnya bisa dipastikan menulis menjadi sesuatu hal yang mencerahkan bagi semua.

Tak dipungkiri bahwa era kekinian, era nyadigitalisasi yang mampu memunculkan buzzer dengan jumlah follower diatas seratus ribuan di media sosial twitter dan mendapat kontrak dari perusahaan dengan jumlah yang fantastic, ini peluang dan juga sebuah tantangan yang sebenarnya bisa dipergunakan ke arah mana posisi kita di dunia maya, dunia yang sebelumnya tidak terbayangkan di dekade yang lalu. Beruntung pernah bertemu Kang Maman Suherman, seorang yang multi talenta dan mengerti tentang seluk beluk dunia jurnalisme, ada satu filosofi yang selalu di ingat Kang Maman Suherman, petuah dari bos Kompas Group, Jacob Oetama yang berbunyi”Kalau kamu cuma menulis untuk cari uang, Kompas bukan tempatnya tetapi menulislah tentang dua hal yaitu pencerahan dan pemerkayaan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar