Pages

Sabtu, Februari 29, 2020

Rokok Diantara Musik Dan Olah Raga


    Gambar bungkus rokok yang menyeramkan dan juga peringatan di bungkus rokok(dokpri)



Penulis bukanlah perok namun sesekali  merokok,tapi jika penulis  merokok maka teman teman pun sering mentertawakan gaya merokok saya yang ndeso,tak mencerminkan seorang perokok,malah ada olok olok bahwa bila saya merokok nanti malah turun hujan hehehe.Dan saya pun bukan pecinta merek rokok tertentu,ya saya bukan perokok namun pernah merokok memang iya dan itulah yang terjadi, ada mitos yang mengatakan kalau ingin menjadi penulis maka jangan lupa kopi kental dan juga “ududan” alias merokok, entahlah apakah ini hanya mitos atau benar benar fakta yang terjadi, baiklah jika ada seorang penulis yang nggak suka ngopi ataupun ngerokok bukan berarti sebuah anomali ya namun memang hal tersebut adalah karena faktor kebiasaan belaka dan gaya saat menulis saja.

Soal rokok pun bukan hal yang aneh jika ada di sebuah festival musik, nggak jauh jauh deh dengan namanya merk rokok pun tak jauh jauh dari rokok. Sebelum adanya PP Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan , event event musik maupun gelaran olah raga bisa terpasang bebas iklan rokok, namun dengan adanya peraturan yang juga membatasi ruang gerak produk iklan. Dahulu rokok menjadi sponsor utama dalam berbagai gelaran acara music di tanah air, ada Djarum Super yang identic dengan Djarum Super Rock Festival yang mampu melahirkan grup band cadas di tanah air seperti Jamrud, Power Metal, Whizzkid ataupun Kaisar dengan lagu Kerangka Langitnya yang nghits di akhir tahun 80an.

Bila di  amati,hampir 80% band lokal di Indonesia bekerjasama dengan perusahaan rokok,entah itu event roadshow,ngabuburit saat bulan ramadhan,ataupun tour tour antar kota yang melibatkan band band papan atas di negeri ini,saya jadi bertanya apakah para awak band ini sungguh sungguh merokok? atau hanya pesan sponsor untuk menopang tour yang memang tak bisa di sebut event ecek ecek.

Industri rokok di tanah air memang luar biasa,dengan milyaran batang rokok yang dibikin,industri rokok nasional mungkin menangguk untung triliunan rupiah,iklan rokok dibikin serba menarik dengan gambar gambar menawan serta atraktif,dan jargon jargon mereka pun beragam dan tentu saja mampu membius anak anak muda untuk menjadi perokok baru,entahlah apakah rokok memang mengasyikan sehingga rokok seperti menjadi kebutuhan pokok setelah makan minum.

Apalagi industri rokok menggandeng band band ternama sebagai bintang iklannya,dan bisa ditebak,idola yang main di iklan rokok sudah pasti ada efek dominonya,fans mereka dengan segera meniru apa yang dilakukan sang mega bintang itu,maka bisa ditebak perokok di Indonesia semakin meroket,walau larangan rokok sudah diterapkan sebagai perda,namun tetap saja asap rokok merajalela di tempat tempat umum semisal angkot ataupun juga para perokok yang mengepulkan asapnya dengan cuek padahal ada bayi dan anak kecil disekitarnya yang rentan terhadap paparan asap rokok.

Masih ingat tentang polemik Komisi Perlindungan Anak Indonesia dengan PB Djarum yang memantik pro kontra di tahun 2109 lalu? seperti di dunia musik, kehadiran rokok sebagai sponsorship event olah raga bukan hal yang tabu di negeri ini, bahkan  talenta talenta bulu tangkis yang merupakan atlet atlet penyumbang medali Olimpiade bagi Indonesia merupakan anak didik dari perusahaan rokok, memang bisa disebut dilematis, di satu pihak kita pun perlu bibit bibit untuk regenarasi atlet, namun di samping itu ada juga dampak dari rokok tersebut, terus bagaimana kita menyikapi semua ini, apakah perlu bertanya kepada rumput yang bergoyang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar