Pages

Selasa, Maret 03, 2020

Invasi Budaya Korea Selatan Dalam Nyanyian Dan Lagu

                                         Boyband Korsel yang selalu jadi idola dimana mana(dok:twitter BTS)



Sebenarnya gempuran budaya Korea tak melulu urusan dengan boyband dan girlbandnya itu lho tapi di dunia acting atau sinema, Korea Selatan pun mampu mencuri perhataian, kisah kemenangan Parasite sebagai film terbaik di ajang Academy Award ke 92 merupakan bukti sahih bahwa Korea Selatan tak main main untuk terus mengembangkan budaya lokal mereka dan hebatnya lagi mereka mampu berprestasi secara internasional, luar biasa memang.

Yang saya ingin tuliskan adalah,budaya K Pop tidak ujug ujug ada,sepuluh tahun lalu,mana kita dengar musik musik ala Super Junior atau Suju,Rain atau Big Bang,namun kini mereka adalah raja raja musik di kawasan Asia,tapi bukan boyband boyband atau girlband saja Korea punya,dalam bentuk drama kita pasti tahu serial Korea yang
kerap disebut drakor  menjadi hits di tivi nasional dan layanan streaming berbayar semacam Winter Sonata,Stair Way To Heaven, Emergency Couple, She Was Pretty, Descendent of the Sun, Tunnel hingga My ID Is Gangnam Beauty.

 Teringat pernah menonton film  Korea Selatan yang ber judul MY Way, film ini cukup memikat dengan menyodorkan tema tentang kisah haru biru ketika Jepang menginvasi Korea di sekitar tahun 40an, ya seputar peristiwa perang dunia kedua, saat Jepang sebgai salah satu negara yang banyak menjajah negara negara Asia karena kekuatan militernya yang mengerikan serta juga kebrutalan tentaranya yang kerap menyusahkan rakyat, ingat ingat deh tentang Jugun Ianfu, yaitu perempuan korban keganasan tentara Jepang untuk memuaskan dahaga urusan sex nya ketika sedang bertugas di daerah jajahan.           .

Sebuah film epik tentang perang dunia kedua,dimana tokoh sentral di film itu bernama Jun Shik Kim dan Tatsuo,dikisahkan Kim dan Tatsuo berlomba lari,namun Kim kalah diskualifikasi dan terjadilah keributan,Kim harus menjadi tentara kekaisaran Jepang,cerita berlanjut,Tatsuo adalah perwira Jepang yang kejam,namun cerita berlanjut tentang bersahabatan Tatsuo dan Kim dalam mengarungi masa masa perang,ceritanya menarik,dan saya baru sadar ternyata gempuran budaya dari Korea tadi berupa musik musik yanhg saya kenal,mereka juga hebat di film,luar biasa.

Mungkin Indonesia harusnya belajar dari Korea,bagai mana meraka mampu'menjual'budayanya dan akhirnya menjadi trend dan ikon,dengan budaya yang lebih beragam dari Korea,seharusnya Indonesia mampu,namun apakah kita bisa mengemasnya dengan menarik? Tentang musik,hampir di semua daerah ada alat musik,ada lagu,tarian dan sebagainya,bisakah kita mengeksplor budaya daerah menjadi budaya nasional yang bercirikan,inilah Indonesia sebenarnya.Namun kita harus mengakui bahwa kita tertinggal dari Korea,anak muda sekarang mana mau menari jaipongan,pendet,atau tari piring misalnya.

Mungkin sudah saatnya kita menggali budaya nasional,mungkin dikemudian hari,publik dunia akan mengikuti budaya kita dengan nama I Pop atau Indonesia Pop,atau bisa saja N Pop atau Nusantara Pop,mereka akan gandrung dengan tarian Indonesia,mereka akan bernyanyi nyanyian Indonesia.
Potensi untuk mengembangkan budaya lokal untuk di minati oleh warga dunia tetap ada, ingat nggak sih ada sebuah pertunjukan gamelan dan para pengiring music dan sindennya adalah orang orang bule, sungguh menakjubkan melihat mereka mampu memainkan gamelan dengan luwes, sedangkan kita yang ngakunya pribumi, megang saron, boning atau pun kendang rasanya jarang jarang banget, atau belum pernah sama sekali.

Korea Selatan butuh dua dekade untuk K Pop digandrungi di antero dunia,Indonesia pun seharusnya bisa melakukan itu,ayo kita begandengan tangan menuju satu kesatuan agar budaya Indonesia lebih bunyi di dunia internasional.
Jika semua bersinergi, yakin deh akan ada invasi budaya bercorak nusantara, siapa tahu di ajang Academy Award lima atau sepuluh tahun mendatang, ada penulis scenario, actor ataupun sutradara Indonesia menjejak karpet merah dan mengangkat piala Oscar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar