Uang bisa dikelola dengan bijak, percayalah(dokpri)
Buruh,
pekerja ataupun karyawan adalah sebutan secara definisi adalah seseorang yang
bekerja di sebuah organisasi dan sebagai kompensasinya ia mendapatkan
penghasilan sebulan sekali, besar penghasilan dari buruh ataupun pekerja alias
karyawan ditentukan dan dibatasi dengan aturan dalam perusahaan.
Tahun
|
UMR /
UMP
|
Kenaikan
|
UMR /
UMP dlm US$[3]
|
Sumber
|
1979
|
Rp525/hari
|
?
|
$0,84/hari
|
|
1980
|
Rp600/hari
|
?
|
$0,96/hari
|
|
1991
|
Rp18,200
|
?
|
$9,33
|
|
1992
|
Rp20,330
|
11.7%
|
$10,02
|
|
1993
|
Rp23,930
|
17.7%
|
$11,47
|
|
1994
|
Rp31,290
|
30.8%
|
$14,48
|
|
1995
|
Rp36,820
|
17.7%
|
$16,37
|
|
1996
|
Rp40,740
|
10.6%
|
$17,35
|
|
1997
|
Rp135,353
|
232.2%
|
$48,81
|
|
1998
|
Rp153,971
|
13.8%
|
$16
|
|
1999
|
Rp179,528
|
16.6%
|
$23,05
|
|
2000
|
Rp213,700
|
19.0%
|
$25,57
|
|
2001
|
Rp286,100
|
33.9%
|
$28,04
|
|
2002
|
Rp362,700
|
26.8%
|
$39,06
|
|
2003
|
Rp414,500
|
14.3%
|
$48,31
|
(Tabel UMK dalam beberapa tahun terakhir:Sumber
Wikipedia)
Dan biasanya upah buruh mengacu kepada Upah Minimum
Kabupaten atau pun Upah Minimum Provinsi, dari sini lah sebenarnya pengelolaan
keluarga berasal, dari gaji bulanan yang di terima, mampukah kaum buruh
mencukupi kebutuhan sehari hari, mulai dari sandang dan juga pangan, sejujurnya
dalam pengaturan keuangan bagi kaum buruh diperlukan sebuah kebijakan yang
harus teliti karena dengan gaji yang sudah terpola setiap bulannya, di sana lah
kejelian pengelolaan keuangan.
Alih alih bisa melakukan investasi dari gaji yang di
dapat, malah seringnya terbetik kabar bahwa kaum buruh harus menanggung belitan
pinjaman berbunga, ini tentu saja akan membahayakan keuangan kaum buruh, perlu
perenungan bahwa untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup, akhirnya jalan terjal
pun di tempuh yaitu dengan meminjam uang, dan apesnya pilihan meminjam uang
dengan sistem rente pun seolah menjadi menu harian yang harus di lakoni kaum
buruh, dan ini banyak terjadi di seputaran kita, padahal sejujurnya pun kaum buruh tak menginginkan mengalami banyak
hutang, apa lagi hutang yang di tambahi dengan bunga, memang sih kalau
nerimanya enak tapi pas harus bayar terasa eneg di dada hehe.
Mewaspadai
Sydrom Tanggal Muda
Pernah melihat antrian di kassa mengular? Sering jengkel
melihat banyaknya belanjaan yang terkadang kurang terasa manfaatnya? Kalau ia
mungkin sekali sydrom tanggal muda menjangkiti, biasanya di awal bulan saat
para pekerja atau buruh menerima gaji bulanan, maka bersiap pula untuk bertemu
dengan antrian panjang di toko swalayan, hyper market ataupun sebutan lainnya
yang merujuk dengan tempat perbelanjaan.
Apalagi para pasangan suami isteri yang hidup di era
millenium di mana akses untuk mengunjungi pusat pusat perbelanjaan semakin
mudah, menjamurnya pusat perbelanjaan semakin banyak di kota kota berbasis
industri, memungkinkan pengelolaan keuangan keluarga harus lebih cermat, di
saat tanggal muda inilah sebenarnya ujian bagi keluarga untuk mengelola keuangan,
alih alih bisa berhemat, karena mengikuti nafsu di pusat perbelanjaan, yang
tadinya tidak ingin membeli barang yang di maksud, malah jadi membeli karena
iming iming diskon, ataupun memang dalam kondisi merasa banyak uang di tanggal
muda, akhirnya pilihan membeli barang pun terjadi, sedangkan sebenarnya barang
yang di beli bukanlah kebutuhan utama.
Langkah cerdas di awal bulan adalah menyiapkan pos pos
anggaran yang memang harus benar benar di keluarkan, seperti cicilan
kepemilikan rumah, iuran bulanan listrik, biaya sekolah anak dan prioritas
utama, acap kali bila kita abaikan saat membayar untuk kepentingan utama, dan
malah jor joran dalam pengeluaran yang tak perlu, bisa di tebak akhirnya di
tengah bulan, uang ataupun cadangan penghasilan pun akan tergerus, dan dari
titik inilah akhirnya terbuka peluang untuk mencoba menghitung hitung bisa kah
meminjam? Dari sini sebenarnya awal petaka, dan lubang yang di gali seakan
lebih dalam bila kita tergantung dengan sebuah pinjaman, apa lagi pinjaman
dengan tambahan bunga yan tentu saja akan memberatkan bila membayarnya kelak.
Di tanggal muda inilah sebenarnya harus bisa melewati ujian yang sesungguhnya,
lebih baik memang merencanakan keuangan secara bijak karena jika kita sudah
bisa mengukur apa yangseharusnya kita beli di awal bulan, niscaya saat
menghadapi tengah bulan maupun tanggal tua akan bisa di lewati, otomatis
peluang untung meminjam dengan bunga rente pun bisa di hindari oleh pekerja
atau buruh.
Mengatur
CASHFLOW Bukan Hal Tabu Bagi Buruh, Pasti Bisa!
Menghadapi ekonomi yang kian sulit, di perparah dengan
jatuhnya mata uang rupiah terhadap dolar, harga yang tak menentu, masih ingat
bukan tentang mogoknya pedagang daging beberapa waktu lalu, dan juga di ikuti
hal yang sama oleh pedagang ayam potong, di sebuah titik ketika harga harga
meroket naik, maka dipastikan buruh atau pekerja dan tentu saja keluarganya pun
terkena imbas, dengan gaji yang sama di setiap bulannya, namun fluktuatif harga
seperti berakrobat tiap hari, di sini kau pekerja yang memang di gaji rutin
tiap bulan, pastinya harus mengelola cashflow secara elegant, casflow adalah
arus keluar masuk uang dari penghasilan yang kita dapatkan, mungkinkah buruh
dapat mengatur itu? Ya pasti bisa lah, menurut praktisi pengelolaan keuangan
yang sudah banyak memberikan seminar maupun materi materi cara pengelolaan
keuangan yaitu Bapak Safir Senduk, ada 3 cara cashflow yang bisa kita kelola.
Pertama yaitu memiliki investasi sebanyak mungkin, kedua siapkan dana untuk
masa depan dan yang ketiga ialah atur pengeluaran.
Yang menurut saya menarik adalah langkah pertama yakni
memiliki investasi sebanyak mungkin, ini jadi sangat menarik karena ada
pertanyaan lanjutn yaitu, bisakah buruh memiliki investasi sebanyak mungkin,
bila di tanya kepada orang orang yang pesimis tentu gelengan kepala sebagai jawaban,
kayaknya musykil seorang buruh mampu mengembangkan investasi, ternyata untuk
berinvestasi bukan melulu klaim orang yang kaya raya, buruh pun bisa
berinvestasi, sebuah kasus tentang investasi adalah saat seorang teman yang
memiliki istri dengan hobi membeli emas, tak dinyana, logam mulia jenis emas
tersebut memiliki nilai investasi yang mumpuni, saat harga emas mulai naik, ia
pun melepas perhiasannya dan dari selisih harga saat ia membeli dan menjual
kembali emasnya ada keuntungan yang lumayan, akhirnya istri teman saya itu pun
semakin yakin bahwa investasi dalam bentuk emas perhiasan membawa hasil juga.
Yang kedua yakni dengan mempersiapkan dana untuk masa
depan, strategi cashflow ini tentu berjangka panjang, masa depan bukanlah di
awang awang yang tak terjangkau, masa depan adalah keniscayaan, dan mulailah
dari sekarang merancang pos pos pengeluaran untuk biaya di masa depan, mungkin
untuk saat ini biaya biaya untuk masa depan tentunya seakan memberatkan, namun
masa depan akan menjadi jauh lebih manis bila di nikmati nanti setelah di saat
ini kita bersusah payah untuk merancangnya, yakinlah bahwa masa depan akan jauh
lebih membahagiakan di banding kita tak merancang sama sekali tentang dana
untuk masa depan.
Dan yang ketiga adalah atur pengeluaran, dengan mengatur
pengeluaran, bukan berarti kita terlalu ketat ya mengatur pengeluaran, sehingga
hidup terasa berat untuk di jalani, dengan memahami pengaturan keuangan secara
benar, maka ada banyak manfaat, setidaknya pengaturan pengeluaran bisa
dikendalikan, maka dipastikan bahwa hidup akan jauh lebih menyenangkan, kita
pun bisa mengatur dengan bijak bagaimana mengeluarkan pengeluaran secara efektif,
dan bila ini bisa di lakukan maka untuk meminjam uang secara rente dengan bunga
yang mencekik pun bisa di hindari sedini mungkin, ayo buruh kamu bisa!
Sudah Saatnya
Buruh Terbebas Dari Jerat Rentenir
Perencanaan keuangan di setiap keluarga pastilah berbeda
beda, namun muara dari sebuah perencanaan keuangan adalah menikmati indahnya
hidup dengan tidak di ribeti hal hal yang malah membebani keuangan keluarga,
sudah saatnya buruh pun mulai menata keuangan dengan cara cara yang lebih bijak
dan cerdas, ada kalanya memang dengan segala keterbatasan dari gaji yang di
miliki, malah di jadikan alasan pembenaran untuk meminjam, dalam jenis apapun
sebenarnya meminjam bukanlah hal yang kita inginkan, namun bila benar mengelola
keuangan, mungkin saja hal yang bernama meminjam bisa di minimalisir atau benar
benar jangan sampai meminjam sama sekali, itu jauh lebih baik.
Jangan terlalu memaksa untuk membeli barang yang
sebenarnya tidak kita perlukan, apa lagi hidup di lingkungan seperti perumahan
yang notabene rumahnya relatif berdekatan, biasanya warga yang hidup di satu
komplek perumahan, akan lebih tahu dengan keadaan tetangganya, misalnya
tetangga A membeli kulkas, ada sebersit keinginan yang sama untuk segera membeli
kulkas, kata orang orang mah yaitu memiliki sifat ‘panasan’ justru sifat ini bisa membuat perencanaan keuangan
berantakan, gegara sifat yang memang susah di hilangkan, pengennya menyamai apa
yang di capai tetangga meski memang sebenarnya keadaan keuangan tidak
memungkinkan, dan akhirnya tergoda untuk meminjam uang meski uang tersebut
adalah uang dengan resiko yang tinggi dengan tambahan bunga, jika kita tidak
mengatur perencanaan maka di pastikan gelombang ke pailitan akan membayang.
Merdeka dalam pengelolaan keuangan, merdeka dalam hal
pinjaman, hindari dan terus hindari meminjam dengan cara rente, semoga jutaan
buruh yang ada di Indonesia tetap bijak untuk mengelola keuangan, dan di antara
ribuan buruh di Indonesia telah banyak menjadi korban dari pinjaman berbunga,
semoga saja dengan sebuah perencanaan yang matang, mampu menghindarkan buruh
dari sebuah jerat bernama jerat rente, semoga kita bisa melakukan itu wahai
kaum buruh di Indonesia, semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar