Pages

Kamis, April 05, 2018

Memulihkan Luka Lara Sisa Sisa Beda Pilihan



   Masih terbayang kerasnya sebuah pertarungan untuk memperebutkan sebuah kursi

   Dari tingkat tertinggi hingga sebuah daerah bernama Desa dengan jabatan kades

   Beda pilihan yang tak berujung pangkal yang menyebabkan retaknya jalinan

   Ya pilihan beda namun membuat banyak luka di sana sini

    Zaman internet dengan kemudahan akses seakan menjadi bumbu penyedap

   Untuk saling menyindir hingga memaki dengan seramai mungkin

   Maka lihatlah sekarang setelah ragam pemilihan terselenggara

   Kedamaian seakan menjauh dari bumi pertiwi dan entah kemana

   Menguap dan seakan terbakar dengan api kebencian dengan sulutan yang membara

   Kemana damai nusantara? Kemana rasa saling menyayangi itu?

   Musnakah damai di negeri ini, adakah jalan agar damai bisa kembali

   Namun nyatanya pemilihan itu datang menyapa lagi

  Membaca ke arah masa lalu yang beda pilihan namun sisakan pertentangan

 Akankah anak bangsa bersiap dalam palagan yang membuyarkan rasa damai

  Dan kini pun makin terasa perbedaan yang tak bisa kau tutupi

Saling ejek, saling lempar meme hingga brutalisme dalam kata kata

 Entah semua itu akankah ada tepi untuk sekedar interopeksi

  Berlalu dalam hari hari yang seakan tak pernah habis

 Menanti damai negeri ini agar kesejukan bisa kita sapa kembali

Biarkan saja bahwa perbedaan itu keniscayaan dan mewarnai kehidupan kita

Namun jangan sampai semuanya itu membakar damai negeri ini wahai kawan

Kita bisa bergandengan tangan agar negeri ini bisa berdiri ajeg sebagai negeri

Tak usah pula saling sikut antara anak negeri sendiri

Siapa pun pemerintahannya, siapa pun rezimnya itu tak seharusnya

Memecah persatuan yang kita jaga semenjak negeri ini terlepas dari cengkraman penjajah

Damai Indonesia bukanlah fatamorgana, tapi bisa kita upayakan bersama

Sebijak kata yang tertutur sehingga tak ada yang terluka

Pilihan memang berbeda dan damai pun akan terhampar di negeri ini kawanku

Bergandeng tangan adalah realita yang bisa kita lakukan bersama

Dekapan hangat sehangat mentari pagi yang menghantarkan nada nada kehidupan

Wahai sang pemimpin, bimbinglah kami para jelata ini

Beri contoh kedamaian yang bisa membuat kami tersenyum bersama

Jangan beraikan pula dengan tingkah polahmu yang membuat semuanya saling seteru

Jadilah pemimpin bijak meski kau di kritik di sana sini

Ukurlah kearifan berpikir untuk memimpin negeri ini secara kaffah

Ya Kaffah untuk keseluruhan anak negeri

Bukan membela segolongan kaum pendukungmu sahaja

Rawatlah perbedaan menjadi kuncup kuncup yang nantinya berkembang indah

Kami rindu negeri ini damai dalam kehidupan nyata

Bukan basa basi politik dalam janji janji kampanye yang entah teralisasi atau tidak

Wahai semuanya marilah kita terus bermuhasabah agar negeri ini terus memompakan

Semangat perdamaian yang menyemai di antara lubuk hati semua anak bangsa

Jangan ada lagi pertengkaran sana sini dalam letupan emosi

Jangan pula kau di adu domba kesana kemari sehingga lelah mendera

Bangun kembali bangsa ini dengan keyakinan bahwa kita bisa berdamai

Meski beda pilihan meski beda gaya kepemimpinan

Taburkan asa bahwa Indonesia itu bisa

Merekatkan kemabli keping keping kedamaian dari Sabang Hingga Merauke

Darai Talaud hingga ke Miangas semua di pupuri damai yang menyejukan

Bukankah damai lebih membahagiakan bagi semua

Dibanding percekcokan yang tak pernah usai

Ayo rawat kedamaian nusantara dengan tangan kita sendiri

Karena yang akan menikmatinya pun kita kita jua

2 komentar:

  1. Waah, keren dan menyentuh. Bunda suka syair ini. Awal yang bagus, atau memang Topi Irawan penyuka syair?

    BalasHapus