Tak banyak perempuan yang muncul
di permukaan dalam aktifitasnya sebagai penggiat untuk menyuarakan keadilan di
dunia ketenagakerjaan. Kita pernah mendengar nama Marsinah yang melegenda,
seorang aktifis buruh pabrik jam yang meregang nyawa dan menjadi martir sebuah
pergerakan kaum buruh di dekade 90an, tewasnya Marsinah menjadi catatan kelam
betapa buruh harus berhadapan dengan maut dengan aktifitas yang di lakoninya.
Di
zaman now, buruh terus menggeliat dan menyuarakan keresahannya, acapkali hak
hak buruh terabaikan, dengan gaji standar UMP atau UMK, buruh berjibaku
menghidupi keluarga, ancaman di PHK pun bukanlah isapan jempol, perjuangan
buruh untuk mencecap hidup sejahtera seakan jauh di awang awang. Saya akan
menuliskan kisah inspiratif dari seorang aktifis buruh yang saya kenal, bulan
Maret lekat dengan peristiwa bernama “International Women’s Day” yang di
peringati setiap tanggal 8 Maret. Boleh dong nulis tokoh buruh nih, yup sebuah
pengalaman berinteraksi dengan aktifis buruh bernama Mirah Sumirat yang
memiliki segudang keberanian untuk berjuang agar buruh perempuan bermartabat.
Terus berkarya agar buruh semakin cerdas, sejahtera dan bahagia(dokpri)
Mirah
Sumirat saat ini adalah presiden ASPEK Indonesia yang merupakan federasi
serikat pekerja di bidang sektor jasa dengan jumlah keanggotaan mencapai 100
ribu yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, selain itu Mirah Sumirat SE menjabat sebagai presiden Union Network
Asia Pasifik Women Committe periode 2015-2019, macan podium yang merupakan jebolan
Universitas Islam 45 Bekasi, menggelorakan spirit agar buruh perempuan
bermartabat namun tak pula melupakan kodratnya sebagai perempuan. Di setiap
orasi yang di lakukan Mirah Sumirat tersirat sebuah makna bahwa buruh sejahtera
adalah keniscayaan dan itu di lakukan dengan cara berserikat.
Hingga
saat ini dari jumlah tenaga kerja yang berjumlah 67 jutaan, yang baru
berserikat di angka kisaran 2 jutaan. Sosok Mirah Sumirat meski orator ulung
yang menguasai podium namun dalam kesehariannya tetaplah seorang ibu yang
begitu lembut terhadap keluarga dan juga tentunya buah hati tercinta. Memadukan
kesibukan sebagai aktifis buruh dengan segudang kesibukan namun kehangatan
keluarga tetaplah menjadi prioritas, memilah waktu antara kesibukan di dunia
perburuhan dan tetap menjaga kehangatan keluarga adalah satu hal yang luar
biasa.
Berkat
tangan dingin Mirah Sumirat, kini ASPEK Indonesia menjelma menjadi sebuah
organisasi pekerja yang dinamis dan terus mengembangkan ke anggotannya hingga
menjangkau cakupan lebih luas dan penambahan anggota secara signifikan, tak
pelak lagi di tangan srikandi buruh ini, ASPEK Indonesia yang mempunyai slogan,
Bersatu, Berjuang, Sejahtera terus melakukan inovasi inovasi dan menjaga
eksistensi.
Periode
2014 hingga saat ini, federasi ASPEK Indonesia di pimpin oleh seorang
perempuan, di dunia perburuhan yang rata rata di dominasi kaum lelaki, sebuah
nama hadir dan membawa angin segar bagi perkembangan federasi ASPEK Indonesia,
beliau adalah Mirah Sumirat yang telah muncul sebagai perempuan penuh inspirasi
yang terus berjuang meski rintangan terus menghadang, perempuan adalah sosok
istimewa, keberaniannya, ketabahan dan juga dedikasi telah banyak di lakukan.
Tak pelak lagi saya pun menuliskan kisah inspiratif ini agar menjadi bukti
bahwa, selama ini perempuan yang seringkali di identikan sebagai makhluk lemah
adalah sebuah kesalahan presepsi.
Maju
terus perempuan Indonesia, akan ada jutaan perempuan Indonesia yang terus
menginspirasi dan salah satu itu adalah Mirah Sumirat, presiden ASPEK Indonesia
dan satu satunya perempuan yang pernah menjabat sebagai presiden di ASPEK
Indonesia, semoga semakin banyak perempuan hebat di negeri ini untuk
menyuarakan kebenaran dan keadilan tanpa rasa takut.
Keren ya Ibu Mirah Sumirat, tapi mana donk fotonya, hehe... Apapun jabatan seorang wanita memang seharusnyalah ia menjadi sosok yang lembut dan penuh kasih sayang dalam keluarganya.
BalasHapusitu yang pake kerudung
BalasHapus