Mungkin perlu waktu seumur hidup untuk menjelajahi nusantara alias
Indonesia, dan mungkin waktu seumur hidup pun tak akan cukup untuk terjelajahi
semua tempat tempat eksotis yang ada di negeri kita, dengan mempunyai 17 ribuan
pulau, 100 ribu kilo meter garis pantai, tentu saja pesona Indonesia wow
bingit, belum lagi wisata gunung, wisata danau, sungai, lembah, hutan dan
seabrek tujuan wisata membuat kita seakan berada di sepotong surga yang sengaja
Tuhan ciptakan di dunia, itulah Indonesia yang membentang dari barat di pulau
Sabang dan berakhir di ujung timur bernama Merauke.
Namun akhir akhir ini seolah senyuman jauh dari penduduk
nusantara, tak ada gemilang sesungging senyum dari bibir penduduk nusantara,
seolah lenyap ke ramahan yang tertanam bertahun tahun lamanya, dari berita
televisi seakan tak habis seputar dunia kriminal, ada penjabretan, penodongan,
penipuan yang justru terjadi di tempat tempat wisata, ini adalah wajah kecil
yang seakan menghapus wajah sesungguhnya karakter bangsa ini yang terkenal
dengan senyum tulusnya.
Maka jika berpergian seolah ada rasa takut yang
menguntit, apakah amankah perjalanan, jangan jangan nanti di kerjain nih ama
penduduk setempat? Eit belum juga pergi kok udah ngeri duluan, memang betul
kriminalitas pasti selalu ada di mana pun, namun yakinlah banyak orang orang
baik kok di negeri ini, nggak percaya? Coba deh nikmatin piknik di antero
nusantara, maka banyak kita temui orang orang yang baik di negeri ini, suerr!
Persiapan
Keliling Separuh Pulau Jawa
Di ujung tahun 2013, saat duit sudah terkumpul maka
rencana adalah plesiran jelajahi pulau Jawa, bersama tiga teman yang memang
bertetangga dengan saya, rencana mengeksplor tempat tempat yang belum di
kunjungi pun menjadi sasaran. Dan akhirnya rombongan kecil dengan mobil van
bersiap melakukan petualangan, paling tidak jarak yang di tempuh adalah separuh
pulau Jawa dengan cakupan provinsi yang di kunjungi adalah Jawa Barat, Jawa
tengah dan Daerah Istimewa Jogjakarta, sebenarnya ingin menjelajahi keindahan
Jawa Timur, berhubung waktu liburan pendek, di sepakati kami akan menjelajahi
tempat tempat yang bisa di jangkau dengan waktu dan juga budget yang di punya.
Bila ada yang menyebut bahwa orang Indonesia kini bukan
lagi tipikal manusia yang ramah, individual dan juga egois, mungkin ada
benarnya tapi belum tentu itu adalah kebenaran yang mutlak, saat kami melakukan
perjalanan, masih banyak kok yang mau untuk sekedar menjawab pertanyaan di mana
arah jalan yang bisa mempercepat perjalanan.
Maka kami pun bersuka ria, ternyata di sepanjang jalan,
banyak sekali orang orang yang mau menjawab pertanyaan kami dengan ramah,
tentang arah jalan yang benar ke tempat tujuan, dan ini kami meyakini bahwa
masih banyak orang orang baik di Indonesia, suer!
Terkendala
Dengan Istilah”Sudah Dekat Kok”
Menikmati pantai di Gunung Kidul(dokpri)
Namun bukan berarti perjalanan yang kami alami tanpa
masalah, mulus semulus pipi Fatime si janda kembang yang di nyanyikan Pancaran
Sinar Petromax hehe, ada sih kendalanya tapi itu pun bukan kendala yang
berarti, kami berempat sepakat, jangan sampai ke sasar dan tak bertanya, ini
pantangan bagi kami, bila nggak tahu arah jalan, maka siap siap dari kami untuk
bertanya dengan orang yang terdekat, bila bertanya di wilayah Jawa Barat yang
mayoritasnya berbahasa Sunda, maka saya pun akan bertanya dengan bahasa Sunda
yang sangat saya pahami dan pastinya mengerti pisan, karena saya orang Sunda
aseli yang terbiasa memakai bahasa pengantar yaitu bahasa Sunda, semua beres
jadinya.
Namun taktala rombongan mobil van kami memasuki wilayah
Jawa Tengah atau Daerah Istimewa Jogjakarta maka yang akan maju bertanya adalah
Mas Irwan, pria berperawakan subur ini memang aseli dari Gunung Kidul, so pasti
udah hapal luar dalam bahasa Jawa, mau bahasa Jawa halus untuk orang yang lebih
tua, atau bahasa Jawa pasaran, mas Irwan jago banget ngomongnya, setelah itu
Mas Irwan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, widih keren khan
.
Namun hal yang unik nih terjadi, setiap di tanya lokasi,
apakah sudah dekat, baik saya yang bertanya dengan bahasa Sunda dan mas Irwan
yang berbahasa Jawa, jawaban bila di tanya apakah lokasi yang ingin kita tuju
sudah dekat, mereka bersepakat sudah dekat, namun kenyataannya ‘sudah dekat itu’
ternyata masih berjarak beberapa kilo meter ternyata, hahaha.
Kuliner Harga
Sepantasnya, Tanya Dulu Dong!
Dalam beberapa postingan ada yang ‘di jebak’ dengan harga
kuliner di tempat wisata, deretan harga harga terposting di bon pembelian
terlihat mengerikan, sekali santap bisa habis jutaan rupiah, entah apakah saat
ingin membeli kuliner, si pembeli di sodori harga atau tidak, namun untuk
langkah antisipasi memang ada baiknya sebelum membeli kita bertanya dulu,
jangan merasa gengsi untuk bertanya, dengan bertanya harga tentunya akan
terukur berapa harga makanan yang akan di bayarkan, sekali lagi saya beruntung
punya teman bernama mas Irwan, meski makannya banyak tapi ada gunanya juga dia jago berbahasa Jawa . Saat
waktu fajar tiba, pagi telah menyapa dan waktunya sarapan, kami berhenti di
pinggir jalan wilayah Purworejo, celingukan nyari menu sarapan.
Beruntung ada sebuah warung tenda yang menjual bebek
goreng serta ayam, plus tempe tahu dan sayuran seperti daun kemangi dan kol
serta timun dan tak lupa ada sambel pula, berhubung sudah di wilayah yang
berbahasa Jawa, maka Mas Irwan pun bertanya ini itu tentang dagangan yang di
jual, tak banyak yang saya ketahui apa yang di bicarakan tetapi dengan
mengeluarkan uang satu lembar lima puluh ribu, beberapa potong ayam dan bebek
goreng bisa di peroleh, plus sayuran dan sambelnya pula, karena nasi bawa
akhirnya kami beli lauknya saja, dengan mengetahui harga harga akhirnya sarapan
nikmat murah meriah pun jadi nikmat.
Begitu juga saat memasuki daerah wisata Prambanan,
sebelum masuk ke komplek candi bersejarah ini, terdengar suara adzan
berkumandang, kami pun sepakat istirahat sekalian melaksanakan ibadah sholat
Dhuhur, selepas sholat tampaknya perut minta di isi, wajar karena sudah tengah
hari, di depan masjid ada warung yang menjajakan soto, karena budget mepet kami
pun bersepakat untuk bertanya berapa harga makanan yang di jual.
Lagi lagi Mas Irwan
menjadi pahlawan bagi rombongan, berkat kelihayannya berbahasa Jawa, empat
porsi soto, dua gelas es teh manis, dua gelas air es, krupuk serta tahu tempe
bisa di ketahui harganya dengan akurat, Mas Irwan berdialog dengan pemilik warung
dan tak malu bertanya masing masing item masakan yang kami pesan, dan makan
siang pun terasa nikmat saat mengetahui harga yang di sebutkan bersahabat
dengan kantong kami, ini lah gunanya bertanya, hmm beruntung kami tak perlu
merogoh kocek dalam untuk menikmati kuliner di tempat wisata terkenal sekelas
Prambanan.
Dahsyatnya
kata “ Maaf Numpang Tanya.”
Pesona Garut'Swiss van Java"(dokpri)
Baru menyadari bahwa kata pembuka yaitu “Maaf numpang
tanya” sangatlah efektif membuka percakapan, dengan mimik sopan dan intonasi
suara sewajar mungkin ternyata kalimat maaf
numpang tanya menjadi hal yang sangat membantu untuk kelancaran perjalanan,
dan bila kita sopan, maka lawan bicara pun akan segan dan akhirnya dengan
senang hati akan memberikan jawaban yang memuaskan, percayalah di negeri ini
masih banyak stok orang baik, untuk sekedar menanyakan alamat yang ingin di
tuju, biasanya orang yang kita temui akan sangat baik menunjukan jalan untuk
kita lewati.
Jangan pernah berpikir semua orang yang kita temui adalah
jahat semua, mungkin iya ada beberapa oknum
yang ingin mengambil kesempatan dari ketidaktahuan kita akan wilayah
yang akan di jelajahi, namun sebagian besar orang Indonesia relatif baik, dan
sangat menerima orang orang yang berkunjung ke daerahnya, maka rasakan sensasi
kata “ Maaf Numpang Tanya” akan menjadi mantera ajaib bagi kita yang bertanya,
yakinlah!
Indonesia
Gudangnya Orang Baik
Mungkin zaman telah berubah, meski rezim silih berganti
memimpin bangsa ini, dengan segala apa adanya, saling interaksi antar warga
negara pastilah sering terjadi, kita bersyukur bahwa untuk banyak hal positif,
Indonesia tak pernah krisis orang orang baik, meski pun memang ada saja orang
orang yang ingin merusak citra bangsa dengan berbuat jahat.
Dengan warisan falsafah nenek moyang yang mengajarkan
banyak kearifan lokal, sebenarnya manusia Indonesia yang baik itu banyak,
banyak banget sampai nggak ke hitung, inilah modal bagi bangsa ini untuk terus
memacu agar makin banyak orang baik di negeri ini, dan kebaikan bangsa ini
terbukti dalam perjalanan wisata yang saya lalui bersama tetangga beberapa
tahun lalu, masih banyak hal yang perlu di gali dari bangsa ini, mungkin lain
kali saya bertanya kepada suku Dayak saat menjelajah Kalimantan, bertanya
kepada suku Asmat saat nanti ke Papua di satu ketika, satu kunci adalah jangan
segan untuk bertanya, nenek moyang kita melukiskan kata kata mutiara yang masih
relevan hingga saat ini “ Malu Bertanya Sesat Di Jalan.”
BETUL ITU!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar