Pages

Rabu, Maret 21, 2018

Santunkah Wajah Kita Di Dunia Maya


                          Salah satu akun blog yang penulis punya, menulis di dunia maya ada etikanya lho(dokpri)

     Acapkali dengan bertameng media sosial palsu, ujaran kebencian dengan segala tetek bengeknya di sertai umpatan kasar penuh permusuhan dan adu domba berseliweran di ranah digital. Memaki adalah hal yang bisa di lakukan siapa saja, belum lagi munculnya berita berita hoax yang sengaja di sebarkan agar terjadi keguncangan di masyarakat, asal duit pun mengalir, konten konten sampah pada akhirnya memenuhi jagad media sosial. Rasanya hilang sudah keramahan yang melekat pada bangsa ini, semua jadi brutal dan sadis di dunia maya, tapi ternyata di balik itu semua ada banyak orang mampu menjaga etiket bahkan sampai ke dunia maya.

Pada hakekatnya wajah dunia maya yang kita mainkan adalah cerminan kita di dunia nyata, bagaimana pun medsos di gerakan oleh orang orang yang memang ada di kehidupan nyata, akun milik kita adalah etalase yang membuat orang lain bisa melihat diri kita, meski mungkin untuk point point tertentu medsos di jadikan ‘senjata pemusnah massal’ yang akan meluluh lantakan apa artinya kesetiakawanan dan menjadi ajang pertikaian tak kunjung henti.

Ada banyak hal yang semestinya kita pun berperilaku santun di dunia maya, salah satunya adalah lebih berhati hati untuk tidak lekas menshare berita yang kebenarannya masih di pertanyakan, jangan pula bergegas mengucapkan kalimat kalimat nan pedas bila nantinya banyak melukai orang dengan tulisan yang kita posting. Ada rambu rambu yang harus kita patuhi di dunia maya, ingat ya meski dunia maya namun efeknya akan terasa di dunia nyata dan ini merupakan suatu hal yang harus kita renungkan.
                          Jangan termakan hoax, ayo kita bangun jejak digital secara sehat(dokpri)

Memanfaatkan teknologi seraya tak lupa berlaku santun di dunia literasi digital. Mulai dari diri kita untuk selektif  berkata kata bila akan memposting, jangan sampai kenyinyiran yang kita tulis malah memberikan peluang bagi orang lain menyerang dengan kata kata yang jauh lebih brutal, sejujurnya lho kita pun jengah bila terlalu banyak musuh di dunia maya, iya kan?

Isi konten media sosial kita dengan kata kata yang mempunyai manfaat sehingga bacaan yang kita suguhkan di lini masa sosmed memberi inspirasi bukan caci maki, dengan kata kata yang menyejukan akan ada manfaat bagi orang orang yang membacanya. Memanfaatkan setiap media sosial yang kita buat, dengan konten pencerahan semoga menjadi jejak digital yang nantinya memberikan kekuatan bagi sesama.

Bahwa jejak digital itu kejam lho, bisa saja nantinya di satu hari kelak, ketika konten yang telah kita buat dan tak terhapus hingga kapan pun, di munculkan kembali maka tak akan bisa kita mengelaknya, kebaikan ataupun keburukan akan bisa di bongkar dengan mudah, maka sebelum itu semua terjadi lebih baik menjadi bijak di sosial media adalah keniscayaan.

Jadikan sosial media sebagai perekat agar hidup pun lebih bermanfaat, jangan sampai sosial media malah menumbuhkan api kebencian, lebih baik memposting dengan hati hati di banding buru buru namun hasilnya malah menjadi bumerang bagi kita. Yuk saatnya kita memiliki etiket di sosial media apapun itu yang kita punya, bahwa ternyata dunia maya bukanlah dunia kepalsuan, ada nilai nilai universal yang semestinya menjadi standar baku kebaikan di dunia nyata yang juga berlaku di dunia maya.

Sebagai blogger sekiranya dapat berbuat baik di dunia maya, maka lakuykanlah itu dan bukankah kebaikan biasanya berbuah pahala yang akan kembali kepada diri kita, selamat bersosial media, semoga kita bisa meniti dengan selamat dan menghasilkan konten yang memberi pencerahan bagi semuanya, aminn.

2 komentar:

  1. Wah, udah jadi aja nih. Bunda belum apa-apa. Masih mikir mau nulis apa karena masih sangat awam dengan dunia maya ini, hehe... Bunda mau nulis apa ya yang berkaitan dengan prilaku di dunia maya? Bisa, gak, ya. Mau dicoba dulu ya. Masa kalah sama Topik Irawan yang udah mejeng postingan di sini, hehe... Semangat terus, ya, Topik Irawan.

    BalasHapus
  2. Bener, dunia digital itu kejam. Seperti peribahasa, "Tulisanmu harimaumu". Hehehe. Mari berbagi konten yang bermanfaat dan yang pasti bisa dipertanggungjawabkan... Semangaaaaat!

    BalasHapus